Jakarta-Pusat Studi Kretek Indonesia (Puskindo) mengapresiasi sikap Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang belum akan meratifikasi Framework Convention on Tobacco Control (FCTC).
Puskindo menyebut sebagai langkah populis, karena presiden memperhatikan nasib petani tembakau dan pekerja di Industri Hasil Tembakau (IHT). Hal itu disampaikan Sekretaris Puskindo, Zamhuri, Rabu (12/3/2014).
‘’Dengan tidak meratifikasi FCTC, sama artinya presiden memberi perhatian dan memikirkan nasib petani tembakau, dan pekerja di IHT,’’ ujarnya. Zamhuri menambahkan, sikap SBY yang tidak meratifikasi FCTC, berarti tidak sekadar memperhatikan suara-suara (kepentingan) beberapa kementerian yang getol mendorong supaya orang nomor satu di Indonesia itu segera meratifikasi FCTC.
‘’Sikap tidak meratifikasi yang diambil SBY, mengindikasikan, sebagai pemimpin, presiden memperhatikan kepentingan-kepentingn komoditas tembakau dan industri hasil tembakau,’’ terangnya.
Untuk itu, Puskindo pun secara tegas mendukung langkah dan sikap SBY agar tidak meratifikasi FCTC. ‘’Banyak rakyat yang menggantungkan perekonomian dan kebutuhan hidup dari industri tembakau. Jika kemudian FCTC diratifikasi, berarti pemerintah lebih berpihak pada kekuatan ekonomi global dan mengabaikan kepentingan rakyat sendiri,’’ tegasnya.
Berdasarkan kajian Puskindo, tahun 2013, luas budidaya tanaman tembakau di Jawa Tengah saja mencapai 52.317 hektare dengan hasil panen sebesar 40.873 ton/tahun, sedangkan jumlah petani tembakau mencapai 160.210 petani.
‘’Masih banyak lagi nasib petani tembakau di berbagai daerah di Jawa Timur, Yogyakarta, Nusa Tenggara Barat (NTB), Jawa Barat, Sumatra Utara, Sulawesi Selatan, Bali, Sumatera Barad, dan Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) yang juga harus diperhatikan,’’ katanya.
Sumber: Investor Daily