Jakarta - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menyebutkan, Indonesia, telah berhasil mencetak sejumlah prestasi ekonomi.
Anggaran pembangunan kini mencapai Rp 1.842,5 triliun, tertinggi dalam sejarah Indonesia. Cadangan devisa saat ini telah mencapai US$ 110,5 miliar, setelah sebelumnya pernah mencapai US$ 124,6 miliar yang juga tertinggi dalam sejarah.
"Volume perdagangan dalam 10 tahun terakhir mencapai sekitar US$ 400 miliar, tertinggi dalam sejarah, walaupun terjadi penurunan nilai ekspor. Nilai investasi baik dari luar negeri maupun dalam negeri dalam 10 tahun terakhir mencapai Rp 2.296,6 triliun, juga tertinggi dalam sejarah," kata SBY dalam Pidato Kenegaraan Presiden RI dalam rangka HUT Ke-69 Proklamasi Kemerdekaan RI di depan sidang bersama DPR dan DPD di gedung DPR, Jakarta, Jumat (15/8).
Dijelaskan, dalam waktu sembilan tahun, pendapatan per kapita rakyat Indonesia meningkat hampir tiga setengah kali lipat dari sekitar Rp 10,5 juta tahun 2004 menjadi sekitar Rp 36,6 juta pada tahun 2013.
Itu semua, lanjut Presiden SBY di pidato kenegaraannya yang ke-10 kali ini, patut disyukuri karena faktanya di tengah gejolak dan krisis ekonomi global yang sering terjadi, tidak banyak bangsa di dunia yang bisa melakukan hal ini.
Terkait anggota G-20, ini menandakan bahwa posisi Indonesia dalam peta ekonomi dunia sudah jauh berubah. G-20 di abad ke-21 telah menjadi forum utama untuk melakukan kerja sama ekonomi internasional.
“Dalam forum itu, kita berdiri sejajar dan duduk setara dengan negara-negara maju dan ekonomi besar lainnya. Indonesia tidak lagi melihat proses keputusan ekonomi dunia dari luar atau di pinggiran, kini kita ikut membuat keputusan ekonomi dunia tersebut dari dalam sebagai anggota G-20. Pendek kata, Indonesia telah menjadi salah satu pemain inti dalam ekonomi internasional. Kita tidak punya alasan menjadi bangsa yang rendah diri, yang gemar menyalahkan dunia atas segala per-masalahan yang terjadi. Kita harus meyakini bahwa Indonesia di abad ke-21 adalah bagian dari solusi dunia,” paparnya.
Namun, SBY menegaskan agar pemerintah dan masyarakat tidak boleh berpuas diri dan takabur melihat semua ini. Sebab, tantangan dan permasalahan yang dihadapi bangsa kita masih banyak. Salah satunya adalah bagaimana mengubah nasib puluhan juta rakyat Indonesia yang masih hidup di bawah atau di sekitar garis kemiskinan.
Sumber: Suara Pembaruan