Jakarta - Perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan Republik Rakyat Tiongkok (RRT) dinilai bisa memberikan dampak positif bagi industri TPT nasional.
Sekjen Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API), Ernovian G Ismy, mengatakan, Tiongkok mulai mengurangi impor dari AS sehingga memberikan kesempatan bagi negara lain untuk masuk.
"Begitu juga sebaliknya, AS sudah mulai membatasi produk dari Tiongkok dan mulai mencari produk dari negara lain. Bahkan, kedua negara tersebut saling menaikkan tarif impor barang," kata Ismy, di sela pameran Indo Intertex-Inatex, di JIExpo, Kemayoran, Jakarta Pusat, Rabu (4/4).
Ismy menjelaskan, ekspor TPT nasional diproyeksikan akan meningkat baik ke AS maupun Tiongkok. "Perang dagang antara AS dan Tiongkok semakin intensif dan Indonesia bisa memanfaatkan hal tersebut untuk meningkatkan ekspor," ujarnya.
Selama ini, kata Ismy, ekspor TPT tidak ada masalah justru permintaan semakin tumbuh. Fakta menarik dari industri tekstil, nilai ekspor lebih tinggi jika dibandingkan penjualan domestik.
"Penjualan domestik terhambat oleh produk impor yang terus membanjiri ditambah harganya murah sehingga produk dalam negeri sulit bersaing," jelasnya.
Berbeda dengan ekspor tekstil yang terus tumbuh, pada tahun 2017 nilai ekspor tekstil mencapai US$ 12,4 miliar atau melampaui target sebesar US$ 12 miliar. Ekspor tekstil diproyeksikan akan terus meningkat hingga 2019 dengan target ekspor mencapai US$ 15 miliar.
"Permintaan tekstil yang tinggi dari Asean dan Timur Tengah tidak pernah berhenti ditambah ada kesempatan untuk tingkatkan ekspor ke AS dan Tiongkok," ujar dia.
Ismy mengatakan, kelebihan lain dari industri tekstil adalah menyerap tenaga kerja cukup besar dan membantu pertumbuhan ekonomi pusat dan daerah. API sendiri, lanjutnya, terus meminta pemerintah agar mempercepat perjanjian dagang dengan Eropa agar nilai ekspor lebih tinggi dan lebih besar sehingga menambah devisa negara.
Nilai investasi industri TPT sepanjang tahun 2017 mencapai Rp 12 triliun atau mengalami kenaikan 68 persen jika dibandingkan investasi tahun 2016 yang mencapai Rp 7,62 triliun. "Kebanyakan perusahaan yang berinvestasi adalah perusahaan lokal sekitar 60 persen, sisanya baru perusahaan asing," kata dia.
Untuk investasi tahun 2018, pihaknya belum bisa memproyeksikan apakah hasilnya akan sama dengan tahun 2017 atau bisa lebih tinggi. "Kebanyakan perusahaan sudah berinvestasi besar besaran tahun lalu, kalau untuk tahun ini masih melihat perkembangan," tambahnya.
Ismy mengatakan, kunci untuk meningkatkan investasi adalah kemudahan perizinan dan pemberian fasilitas tax holiday dengan syarat nilai investasinya besar. Semakin banyak investasi maka akan menguntungkan perekonomian Indonesia.
"Industri TPT juga masuk ke dalam revolusi industri 4.0 sehingga harus dilindungi dan ditingkatkan kinerjanya dengan memberikan kebijakan yang menguntungkan," pungkasnya.
Sumber: Investor Daily