Jakarta - Kebijakan konservasi hutan atau forest conservation policy (FCP) yang digagas Asia Pulp & Paper (APP) Sinar Mas sejak tahun 2013 lalu membuktikan hingga saat ini pasokan kayu produsen bubur kayu dan kertas itu 100 persen berasal dari perkebunan dan bukan hutan alam. Dalam kebijakan yang disusun berdasarkan masukan dari sejumlah LSM dan mitra, APP Sinar Mas telah berkomitmen untuk mencapai rantai pasokan yang bebas deforestasi serta menjalankan bisnis yang lebih berkelanjutan.
Managing Director APP Sinar Mas, Goh Lin Piao mengatakan pihaknya memiliki visi dan misi rantai pasokan produksinya bebas deforestasi atau penebangan hutan. Dalam menjalankan bisnis berkelanjutannya APP Sinar Mas justru terus meningkatkan tutupan hutan dan membantu melindungi hutan.
"APP Sinar Mas kini telah menjadi perusahaan yang sangat berbeda sejak memulai komitmen FCP lima tahun lalu," katanya dalam peringatan lima tahun FCP di Jakarta, Rabu (23/5).
Namun, seiring kemajuan itu, Goh menambahkan pihaknya menyadari masih memiliki banyak pekerjaan rumah, seperti dalam hal sengketa tanah, perambahan hutan ilegal, dan masalah kemiskinan di perdesaan. FCP terdiri dari empat komitmen utama, yakni melindungi hutan alam, mengelola lahan gambut dengan lebih baik, bermitra dengan masyarakat setempat dan menerapkan rantai pasokan yang berkelanjutan.
Director of Sustainable and Stakeholder Engagement APP Sinar Mas, Elim Sritaba mengungkapkan banyak kemajuan yang sudah dicatat dari lima tahun penerapan FCP. Bekerja sama dengan mitra The Forest Trust dan Deltares, pihaknya telah berhasil meningkatkan kawasan lindungnya menjadi lebih dari 20 persen dari wilayah konsesi pemasok.
"Kami juga melindungi lebih dari 600.000 hektare hutan alam yang berharga. Kami mengidentifikasi dan menonaktifkan 7.000 hektare perkebunan di lahan gambut untuk memulai perlindungan hutan dan gambut yang lebih baik," ucap Elim.
Lahan seluas 7.000 ha yang dilindungi itu sebagai pilot project berada di Riau dan Sumatera Selatan. Bersamaan dengan itu, pihaknya pun sedang melakukan riset terhadap 12 spesies alternatif untuk bakal ditanam nantinya.
Melalui FCP, Elim menegaskan, 100 persen bahan baku untuk rantai produksinya berasal dari kayu yang ditanam di perkebunan, bukan berasal dari kayu alam.
Seiring dengan upaya menurunkan deforestasi, masyarakat lokal juga diajak untuk meningkatkan kesejahteraan kehidupannya. Program Desa Makmur Peduli Api pun digagas dan memberikan banyak nilai positif bagi masyarakat dan perusahaan.
Selain itu, pihaknya juga terus melakukan pemetaan gambut dengan satelit Lidar. Strategi patroli juga ditingkatkan melalui pemanfaatan teknologi radar satelit yang bisa menjangkau daerah yang sulit dijangkau untuk memonitor perkembangan tutupan lahan.
Mitigasi dan pencegahan kebakaran hutan dan lahan (karhutla) juga ditingkatkan. Sejak 2015, perusahaan sudah menerapkan integrated fire management system dan melibatkan 2.700 personel di lapangan. Total investasi untuk pencegahan karhutla mencapai lebih dari US$ 120 juta.
Begitu pula dengan upaya restorasi untuk melindungi hutan alam. Tahun ini APP Sinar Mas akan mengalokasikan sekitar US$ 4 juta untuk mengejar target restorasi. Sejalan dengan upaya itu, perlindungan satwa liar juga dilakukan. Ada tiga spesies utama yang dilindungi, yakni gajah, harimau sumatera, dan orangutan.
"FCP adalah sebuah upaya besar kami yang telah banyak membuat kemajuan. Kami berharap dapat mengumumkan serangkaian target keberlanjutan baru dalam roadmap visioner 2030 kami," ucapnya.
Dari perjalanan dan kemajuan FCP, pihaknya telah mencatat kemajuan, di antaranya mengakhiri konversi hutan alam oleh pemasok kayu dan pulp, serta beralih menuju proses produksi yang 100 persen menggunakan kayu dari perkebunan.
APP Sinar Mas juga memastikan rantai pasokan tetap bebas dari deforestasi, dengan sistem kepatuhan yang kuat dan diversifikasi oleh pihak ketiga. Perusahaan juga memangkas area terkena dampak kebakaran hutan pada 2017 hingga 0,01 persen dari total bruto luas area. Selain itu, juga memangkas tingkat kehilangan hutan alam oleh pihak ketiga di wilayah perlindungan pemasok menjadi 0,1 persen selama Maret 2017 sampai Januari 2018. Perusahaan juga juga telah menyelesaikan 46 persen konflik sosial.
Dalam lima tahun menerapkan FCP, pihaknya telah menginvestasikan sekitar US$ 300 juta untuk menjalankan sistem pemantauan hutan, restorasi lanskap, pencegahan kebakaran, penelitian lahan gambut, dan pemberdayaan masyarakat.
Perusahaan juga mengidentifikasi nilai konservasi tinggi dan stok karbon tinggi. Informasi ini membantu perusahaan untuk mengidentifikasi area-area yang teramat penting untuk dilestarikan dan dilindungi.
Pihaknya juga telah bekerja sama dengan masyarakat lokal untuk meningkatkan kualitas penghidupan mereka, serta memberdayakan penduduk desa setempat memanfaatkan teknik pertanian modern yang lebih berkelanjutan. Hasilnya, insiden penggundulan hutan oleh pihak ketiga serta kebakaran hutan dan lahan telah berkurang secara signifikan pada 2017.
"Dari target 500 desa, kami sudah membentuk masyarakat atau desa mandiri peduli api di 200 desa," ujarnya.
Saksikan live streaming program-program BeritaSatu TV di sini
Sumber: Suara Pembaruan