Jakarta, Beritasatu.com - Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) mendorong penurunan biaya logistik produk perikanan, terutama melalui pesawat udara. Hal ini mengingat pemanfaatan transportasi udara mencapai 50 persen dari total distribusi produk perikanan.
Direktur Jenderal Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan (PDSPKP) KKP, Rifky Effendi Hardijanto menjelaskan, transportasi udara dinilai sangat efektif dalam kerangka logistik karena mempersingkat waktu dan jarak.
Namun, berdasarkan data dan informasi dari pihak penyedia angkutan udara diketahui bahwa tingkat kenaikan biaya transportasi udara Bulan Januari tahun 2019 dibandingkan dengan tahun 2018 rata-rata mencapai 183 persen.
"Kenaikan biaya ini berdampak pada kegiatan pelaku usaha perikanan sampai pada tahap penghentian usaha atau ekspor hasil perikanan karena harga jual dengan produk perikanan tidak kompetitif dengan biaya logistik yang lebih dari 20 persen," kata Rifky dalam keterangan pers yang diterima Beritasatu.com, Rabu (13/2).
Melihat pentingnya sektor jasa logistik dengan udara ini, lanjut Rifky, KKP melakukan koordinasi dengan para stakeholders di antaranya dengan Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Kementerian Koordinator Bidang Maritim, Kementerian Perhubungan (Kemhub), Kementerian BUMN, Garuda Indonesia, Citilink, Sriwijaya, PT Angkasa Pura I, dan pelaku usaha perikanan.
Lebih lanjut, sebut Rifky, KKP bersama stakeholders terkait menetapkan tiga langkah yang akan dilakukan, yaitu jangka pendek melalui bedah struktur biaya penerbangan, konsolidasi muatan ikan, inisiasi kerja sama untuk menjamin keteraturan volume dan pengiriman; lalu jangka menengah dengan mendorong ekspor langsung dari kawasan timur Indonesia melalui hub Makassar sembari mengurangi double handling, dan jangka panjang dengan menambah armada dan memperbaiki sarana distribusi ikan via udara, membuat hub dan spoke logistik untuk hasil perikanan.
Dalam koordinasi tersebut, jelas Rifky, Garuda Indonesia menyampaikan telah mengoperasikan 1 dari 4 pesawat pengangkut (freighter) khusus barang yang dapat dimanfaatkan. Untuk transportasi hasil perikanan menggunakan pesawat freighter akan diawali dari Ambon.
Sedangkan, para pelaku usaha dari Bali, Mimika, dan Ambon telah sepakat melakukan kerjasama pengiriman komoditas ekspor udang dari lokasi produksi menggunakan freighter Garuda dengan biaya dan volume yang disepakati kedua belah pihak. Selanjutnya, sebut Rifky, pihaknya akan memfasilitasi pertemuan untuk konsolidasi muatan dan kerja sama para pihak dalam distribusi hasil perikanan.
"Tahun 2019 akan diinisiasi hub logistik untuk ekspor ikan dari timur Indonesia via udara bertempat di Makassar. Semua peserta rapat mendukungnya dalam penguatan sarana prasarana untuk distribusi ikan pada titik daerah produksi dan hub logistik ikan," pungkas Rifky.
Sumber: BeritaSatu.com