New York, Beritasatu.com - Harga minyak pada akhir perdagangan Kamis atau Jumat pagi WIB (6/3/2020) turun karena wabah virus corona tidak menunjukkan tanda-tanda perlambatan sehingga memicu kekhawatiran ekonomi global dan mendorong investor untuk menjual lebih banyak aset berisiko seperti saham dan minyak mentah serta memarkir uang di tempat yang aman.
Minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Mei turun US$ 1,14 atau 2,2 persen,menjadi US$ 49,99 per barel. Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman April turun US$ 0,88 atau 1,9 persen, menjadi US$ 45,9 per barel.
Pelemahan minyak datang bahkan ketika OPEC setuju memotong produksi minyak mentah sebesar 1,5 juta barel per hari (bph) tambahan pada kuartal kedua, pemangkasan terdalam sejak krisis keuangan 2008.
Analis dan pedagang mengatakan pasar minyak global kemungkinan kelebihan pasokan pada kuartal kedua karena permintaan merosot.
OPEC akan mengusulkan pengurangan 1,5 juta barel per hari diperpanjang hingga akhir tahun, kata sumber.
Rusia sejauh ini mengindikasikan akan mendukung perpanjangan dibandingkan pengurangan produksi yang lebih dalam.
"Rusia sejauh ini telah menunda melakukan pemotongan lebih banyak," kata analis Capital Economics dalam sebuah catatan.
Wabah virus corona telah menekan permintaan minyak. Prakiraan untuk pertumbuhan permintaan minyak mentah pada 2020 telah dipangkas, karena operasi pabrik, perjalanan dan kegiatan ekonomi lainnya di seluruh dunia telah dikurangi.
Rystad Energy yang berbasis di Oslo memperkirakan permintaan minyak global akan tumbuh sebesar 500.000 barel per hari pada 2020, turun dari perkiraan Februari sebesar 820.000 barel per hari.
Ketua Dana Moneter Internasional mengatakan penyebaran global virus telah menghancurkan harapan untuk pertumbuhan ekonomi yang lebih kuat tahun ini.
Pengimpor gas utama Tiongkok, PetroChina, telah menyatakan force majeure pada impor gas alam karena wabah tersebut.
Sumber: Xinhua, Antara