New York, Beritasatu.com - Harga minyak AS melonjak lebih dari 23 persen pada penutupan perdagangan Kamis (29/3/2020) mencatatkan rekor hari terbaik dan memangkas lebih dari setengah kerugian perdagangan Rabu.
Minyak mentah antara West Texas Intermediate AS naik 23,8 persen atau US$ 4,85, menjadi US$ 25,22 per barel. Mengingat penurunan 60 persen WTI pada tahun ini, tentu saja, kenaikan ini menyumbang persentase pergerakan yang besar. Benchmark internasional, minyak mentah Brent naik 14,4 persen atau US$ 3,59, menjadi US$ 28,47 per barel.
Kenaikan perdagangan Kamis terjadi sehari setelah WTI turun 24,4 persen mencapai level terendah lebih dari 18 tahun ke US$ 20,37. Itu adalah hari terburuk ketiga WTI dalam catatan sejarah.
Minyak telah terpukul di sisi penawaran dan permintaan. Perlambatan aktivitas perjalanan dan bisnis di seluruh dunia membebani permintaan. Di sisi lain produsen Arab Saudi dan Rusia bersiap untuk meningkatkan produksi.
Ketika ketegangan antara kedua negara meningkat, Presiden AS Donald Trump mengatakan AS dapat melakukan intervensi, yang berkontribusi pada kenaikan minyak dalam perdagangan sore.
"Kami memiliki banyak kekuasaan atas situasi ini dan kami berusaha menemukan semacam jalan tengah," kata Trump dalam konferensi pers Gedung Putih, Kamis. "Mereka bertengkar soal harga, mereka bertengkar tentang hasil, dan pada waktu yang tepat aku akan terlibat."
Pemotongan produksi OPEC+ berakhir pada akhir bulan, yang berarti anggota akan segera diizinkan memompa produksi minyak sebanyak yang mereka inginkan.
Jeff Kilburg dari KKM Financial mengatakan kenaikan harga Kamis karena efek "karet gelang". "Harga menguat kembali dari kondisi oversold (jenuh jual)," katanya.
Presiden dan Chief Investment NationsShares Scott Nations, menegaskan kembali hal ini. "Minyak mentah sudah sangat oversold, dengan Relative Strength Index berada di bawah 14, terendah yang pernah saya lihat untuk komoditas apa pun," katanya.
Dia mencatat pergerakan harga minyak seiring Tiongkok yang melaporkan tidak ada kasus baru virus corona. Selain itu, bank sentral di seluruh dunia mengumumkan langkah stimulus yang bertujuan menahan pelambatan ekonomi akibat virus.
Sumber: CNBC