Jakarta, Beritasatu.com- PT Bank BNI Syariah mencatatkan laba bersih Rp 214 miliar sepanjang kuartal I 2020. Laba tersebut meningkat 58,1% dibanding periode yang sama di tahun 2019.
"Dampak Covid-19 ke bottom line belum terasa, tapi kami sudah antisipasi di kuartal berikutnya. Tentu dampaknya akan terasa, baik secara bisnis maupun kualitas aset," ujar Direktur Utama PT Bank BNI Syariah Abdullah Firman Wibowo dalam konferensi pers virtual, Kamis (28/5).
Terkait proyeksi laba tahun ini, Direktur Keuangan dan Operasional BNI Syariah Wahyu Avianto mengaku, pihaknya sudah melakukan simulasi atas beberapa skenario dari dampak pandemi. Di mana, untuk likuiditas saat ini masih cukup kuat dan resiko kredit berada dalam kondisi ringan dan sedang. "Laba yang pasti tidak bisa mencapai target dari yang dicanangkan dalam RBB, tapi masih bisa hasilkan keuntungan yang cukup, tergantung seberapa lama efek Covid," ujarnya.
Sementara itu, ditengah pandemi Covid-19, BNI Syariah dikatakan Wahyu menerapkan enam strategi, antara lain sinergi dengan induk mengembangkan layanan digital, dan optimalisasi Qanun Aceh. Dalam hal digital, pembukaan rekening melalui Hasanah Online tercatat sudah dilakukan oleh 24.839 nasabah, naik 14,01% dari akhir tahun lalu. Selain itu, BNI Syariah juga meluncurkan uang elektronik pertama di perbankan syariah yaitu Hasanahku. "Ini untuk ekosistem halal education, halal food, dan halal traveling dengan skema B2B," imbuhnya.
Terkait kinerja, aset perusahaan juga naik 16,2%, dari Rp 44 triliun menjadi Rp 51,1 triliun. Di sektor pembiayaan, perusahaan juga mencatat peningkatan hingga 9,8%, dari Rp 29,4 triliun menjadi 32,3 triliun. Dana pihak ketiga (DPK) yang dihimpun bertambah dari Rp 38,4 triliun menjadi Rp 44,8 triliun, atau tumbuh 16,6%. Kenaikan juga terjadi pada jumlah modal inti sebesar 18,5% dari Rp 4,56 triliun menjadi Rp 5 triliun.
Naik Kelas
Di sisi lain, BNI Syariah per kuartal I 2020 telah naik menjadi bank di kelas bank umum kegiatan usaha (BUKU) III dengan modal inti di rentang Rp 1-5 triliun. Hal tersebut lantaran adanya tambahan modal dari induk perseroan yaitu PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI) senilai Rp 225,59 miliar dalam bentuk nontunai alias inbreng aset. "Modal Rp 5 triliun karena faktor fundamental seperti kinerja yang cukup baik kinerja. Kami juga dapat tambahan modal dari induk Rp 260 miliar dalam bentuk penyertaan tanah yang ada di Pejompongan yang akan jadi kantor pusat kami di 2021," kata Firman.
Dengan menjadi BUKU III, maka perseroan akan masuk ke bisnis internasional, misalnya trade finance dan remitansi. Di remitansi, BNI Syariah akan mendapatkan fee based income yang berasal dari komisi dan selisih kurs. Adapun, dari bisnis internasional, perseroan akan meraup dana sekitar Rp 70 miliar.
"Apalagi BNI punya banyak cabang diluar negeri, terutama seperti di Jepang dan Korea yang punya potensi besar di bidang pengiriman uang dan sudah sukses dilakukan induk. Jadi, kami akan bersinergi dengan induk dan juga meningkatkan SDM dan IT," pungkasnya
Sumber: BeritaSatu.com