Jakarta, Beritasatu.com - Department Head Industry & Regional Research PT Bank Mandiri (Persero) Tbk Dendi Ramdani menilai, pertumbuhan ekonomi kuartal II 2020 turun amat dalam hingga minus 3,4% merupakan hal yang logis. Sebab, pada bulan April-Mei daya beli lesu dan investasi banyak yang tertunda.
Namun, ia menyebutkan, di kuartal III 2020 akan ada pemulihan di mana minus pertumbuhan ekonominya agak mengecil yakni minus 0,9%. Itu terdorong adanya masa transisi PSBB sehingga aktivitas ekonomi mulai bergerak dan produktivitas meningkat.
“Pada kuartal II sektor yang paling terpukul adalah restoran dan hotel, transportasi, dan perdagangan. Ini tiga sektor yang paling terpukul dari pandemi. Lalu bergeser ke sektor industri pengolahan seperti otomotif, pertambangan juga dan pertanian terganggu. Sektor pariwisata dengan adanya pelonggaran PSBB juga berharap bisa pulih, tapi sepertinya agak berat dan baru akan pulih di akhir tahun atau awal tahun depan,” ujarnya dalam Forum Economic Outlook Bank Mandiri secara virtual, Rabu (17/6/2020).
Di mana, secara provinsi yang akan terdampak paling besar adalah di Yogyakarta dan Bali, mengingat dua wilayah ini pertumbuhan ekonominya ditopang oleh sektor pariwisata. Selain itu, juga Jakarta yang ditopang oleh sektor perdagangan.
Sementara secara pulau yang paling terdampak adalah Sumatera, Kalimantan, dan Sulawesi. Ini karena harga komoditas yang melemah, manufaktur terganggu, ekspor melemah, dan proyek investasi tertunda, sehingga menurunkan daya beli dan pertumbuhan ekonominya.
Lebih lanjut, secara keseluruhan Dendi menambahkan, berdasarkan proyeksinya, sektor yang akan tumbuh akan bertahap mulai dari makanan dan minuman, suplemen, restoran delivery, minimarket, distributor makanan dan minuman.
Diikuti enam bulan kedepan oleh supermarket, restoran dining, asuransi kesehatan dan jiwa. Baru 12 bulan kemudian, hotel, barang tahan lama semisal pakaian, sepatu, elektronik. Lalu, mobil 15 bulan kedepan dan properti 21 bulan kedepan.
Sumber: BeritaSatu.com