Jakarta, Beritasatu.com - Wabah virus corona atau Covid-19 menjadi ujian terberat bagi seluruh industri di tanah air, tak terkecuali industri kuliner. Pasalnya, banyak usaha resto and cafe yang terpukul akibat pola hidup masyarakat yang sudah banyak berubah.
Sepanjang masa physical distancing, hampir semua masyarakat melakukan in house dining dan stock up untuk bahan baku masak. Alhasil, bisnis resto and cafe sepi pengunjung.
Namun, kondisi berbeda dialami pelaku bisnis kuliner yang berada di hulu, seperti produsen bumbu dan bahan makanan, PT Foodex Inti Ingredients (Foodex). Saat ini, Foodex yang memiliki pabrik di kawasan Industri Delta Sillicon 3, mampu memproduksi food seasoning (savory & sweet), flavor ingredients, meat extracts, dan sauce, sebesar 1.000 ton per bulan.
"Memang selama pandemi ini membawa dampak besar untuk pola konsumsi masyarakat. Namun, kami secara bisnis tetap tumbuh cukup positif selama pandemi ini," ungkap Business Development Director Foodex, Jenny Rusli, dalam keterangannya kepada Beritasatu.com, Jumat (10/9/2020).
Menurut Jenny, hal itu disebabkan Foodex melayani business to business industry, dimana bahan-bahan yang diolah dapat dipakai di industri mi instan, snack, daging olahan dan horeka (hotel, restoran dan kafe).
"Selama 25 tahun terakhir, Foodex telah mengukir sejumlah prestasi penting sebagai pemain industri utama di industri bahan makanan Indonesia. Foodex juga tercatat dalam 3 besar pemasok bumbu dan bahan makanan teratas di Indonesia dan selanjutnya juga menjadi salah satu perusahaan regional terkemuka di ASEAN untuk bahan penyedap makanan," jelasnya.
Menurut Jenny, Foodex juga sudah membangun membangun organisasi yang kuat dan produktif, serta terus menghasilkan produk baru yang inovatif sekaligus menawarkan kontribusi positif bagi pelanggan. Dalam lima tahun ke depan, Foodex akan melebarkan pasar ekspor dan memperkenalkan cita rasa tradisional Indonesia kepada dunia.
"Produsen pasta sambal tradisional sekarang memiliki umur simpan enam bulan hingga satu tahun (dalam suhu tertentu) yang memungkinkan untuk diekspor ke pasar luar negeri. Saat ini, hingga 85 persen pasar Foodex masih di tingkat lokal dan sisanya sebagian besar ditujukan ke pasar Timur Tengah dan ASEAN,” imbuh Jenny.
Jenny menambahkan, Foodex berharap dapat meningkatkan pangsa pasar di luar negeri dalam lima tahun ke depan. Produk seperti pasta sambal tradisional, saus, dan ekstrak daging alami bersertifikat halal sehingga lebih mudah untuk menembus pasar tersebut. "Ekstrak daging alami dapat digunakan secara luas dalam mi instan, bouillon, dan sup instan,” tambahnya.
Comercial Director Foodex, Richard Kusuma, mengatakan, Foodex sendiri cukup optimistis untuk terus menggarap pasar food seasoning dan food ingredients di Indonesia. Alasannya, industri tersebut memiliki pasar yang cukup besar. Apalagi, Indonesia dikenal sebagai negara yang memiliki cita rasa kuliner yang unik dan beragam dari Sabang hingga Merauke.
"Boleh dibilang hampir setiap segmen industri memiliki kekhasan tersendiri. Apalagi segmen food service dimana setiap restaurant pasti memiliki keunggulan rasa tersendiri," ujarnya.
Menurut Richard, pihaknya tetap optimis untuk terus mengembangkan produk-produknya. "Tahun depan kami menargetkan perkembangan sekitar 15 persen dari saat ini," katanya.
Richard menambahkan, Foodex percaya pandemi akan segera teratasi dan market secara otomatis akan membaik. "Dengan membaiknya kondisi pandemi, industri retail dan food and beverage akan berkembang baik, dan spending power masyarakat akan meningkat,” tandasnya.
Sumber: BeritaSatu.com