Jakarta, Beritasatu.com - BNI Syariah genjot inovasi dan pengembangan ekosistem halal untuk mendorong peningkatan kesadaran atas industri halal di kalangan masyarakat dan akademisi. Berdasarkan data Survei Nasional Literasi Keuangan (SNLK) 2019 Otoritas Jasa Keuangan (OJK), tingkat literasi dan inklusi keuangan syariah di Indonesia masih cukup rendah yaitu masing-masing 8,9% dan 9,1%.
Direktur Keuangan dan Operasional BNI Syariah, Wahyu Avianto, menyebutkan, perbankan syariah memiliki peluang yang besar didukung oleh besarnya potensi bisnis industri halal. Berdasarkan riset dari State of the Global Islamic Economy Report tahun 2019, potensi bisnis industri halal sebesar US$ 2,2 triliun, terdiri dari halal food, fesyen, media, pariwisata, farmasi, kosmetik, dan umrah.
Namun demikian, bisnis industri halal, kedepannya masih akan menghadapi beberapa tantangan diantaranya adalah banyaknya terjadi perubahan yang tidak terduga sehingga membuat lingkungan bisnis, sosial, dan industri berubah sangat cepat.
Selain itu, faktor ketidakpastian, menyebabkan banyak hal baru yang sifatnya tidak terduga, serta ketidakjelasan akibat terlalu banyak informasi. “Semua faktor tersebut menjadi tantangan kita dalam mengembangkan ekosistem halal,” katanya dalam siaran pers, Sabtu (12/9/2020).
Untuk menghadapi tantangan tersebut, diperlukan inovasi dan kolaborasi. Inovasi digital saat ini meningkatkan peran bank syariah, tidak hanya dari sisi permodalan tapi juga untuk mempermudah sistem pembayaran.
Selain digitalisasi, untuk meningkatkan industri halal juga harus dilakukan melalui kolaborasi. Kolaborasi ini dilakukan BNI Syariah salah satunya dengan mengembangkan Platform Sekolah Pintar dan pengembangan produk-produk digital diantaranya melalui uang elektronik HasanahKu dan fasilitas pembukaan rekening melalui Hasanah Online.
Sementara itu, Ketua Dewan Pembina Masyarakat Ekonomi Syariah (MES) DKI Jakarta Sandiaga Salahuddin Uno mengatakan potensi halal ekonomi di Indonesia masih cukup besar. “Indonesia mempunyai populasi muslim terbesar di dunia dan pengimpor produk halal keempat terbesar di dunia,” katanya.
Dia mengatakan ekonomi halal, UMKM dan sektor konsumsi adalah salah satu solusi kebangkitan ekonomi Indonesia. Dengan melakukan rekonstruksi di industri halal, diharapkan Indonesia bisa menjadi pusat episentrum dari global Islamic Economic.
Sumber: BeritaSatu.com