Jakarta, Beritasatu.com -Indonesia Financial Group (IFG) resmi ditetapkan sebagai badan usaha milik negara BUMN holding perasuransian dan penjaminan. Hal ini merujuk Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 20 Tahun 2020 tentang Penambahan Penyertaan Modal Negara ke dalam Modal Saham PT Bahana Pembinaan Usaha Indonesia (BPUI) yang sekarang menjadi IFG. IFG kini memiliki sembilan anggota di antaranya PT Asuransi Kredit Indonesia (Askrindo), PT Jaminan Kredit Indonesia (Jamkrindo), PT Jasa Raharja, dan PT Asuransi Jasa Indonesia (Jasindo), PT Bahana Sekuritas, PT Bahana TCW Investment Management, PT Bahana Artha Ventura, PT Grahaniaga Tata Utama dan PT Bahana Kapital Investa.
Berkat penggabungan itu, IFG memiliki total aset Rp 72,5 triliun atau melonjak dari total aset Bahana yang hanya sebesar Rp 4,7 triliun. Peningkatan ini sejalan neraca keuangan lain seperti ekuitas mencapai Rp 36,7 triliun, pendapatan Rp 4,2 triliun dan laba bersih Rp 536 miliar.
Direktur Bisnis IFG Pantro Pander Silitonga mengatakan, sebelum akhir 2020 akan dibentuk IFG Life, solusi bisnis asuransi yang komprehensif. Hal ini berlandaskan pasar asuransi jiwa di Indonesia yang besar dengan total aset per Juli 2020 senilai Rp 703 triliun atau setara dengan 4 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB). Namun segmen ini masih didominasi perusahaan asuransi internasional. Oleh karena itu, IFG Life akan fokus pada 3 lini bisnis utama, yaitu layanan proteksi, baik untuk asuransi jiwa dan asuransi kesehatan, serta program DPLK yang bertujuan untuk menyiapkan dana pada saat peserta pensiun.
“Sebagai perusahaan asuransi milik negara IFG punya mandat untuk perubahan industri asuransi. Kami merasa penting untuk kembalikan muruah asuransi untuk memberikan perlindungan bagi masyarakat Indonesia, khususnya di bidang proteksi jiwa, kesehatan, serta dana pensiun, termasuk migrasi portofolio PT Asuransi Jiwasraya yang telah selesai direstrukturisasi (oleh pihak Jiwasraya),” ucap Pantro dalam konferensi pers perubahan brand dan logo BPUI menjadi IFG, di Jakarta, Selasa (20/10/2020).
IFG Life dengan 1.100 agen produktif, pada tahap awal akan menyasar ekosistem BUMN, termasuk korporasi, para pegawai, dan dan konsumennya.
Menyangkut kasus gagal bayar Asuransi Jiwasraya, Pantro menilai hal itu karena kesalahan manajemen resiko dan tata kelola. Untuk itu, IFG Life tidak akan mengeluarkan produk berisiko tinggi. "Tapi kita berikan produk yang relatif konservatif," imbuhnya.
Direktur Utama IFG Robertus Bilitea menambahkan, sebagai salah satu pilar utama penggerak industri finansial di Indonesia, IFG berfungsi dalam menopang perekonomian nasional, melalui transfer risiko, penguatan fungsi investasi dan perbaikan kelayakan kredit. “Sebagai BUMN holding perasuransian dan penjaminan, IFG akan menghadirkan perubahan di bidang keuangan khususnya asuransi, investasi, dan penjaminan yang akuntabel, prudent, dan transparan dengan tata kelola perusahaan yang baik dan penuh integritas,” ujar Robertus.
Sumber: BeritaSatu.com