Jakarta, Beritasatu.com - Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) mengatakan angka realisasi investasi pada triwulan III 2020 sebesar Rp 209 triliun. Perolehan tersebut mengalami kenaikan 8,9% secara kuartalan (QoQ) dan naik 1,6% secara year on year (YoY). Sehingga, secara Januari-September realisasi investasi mencapai Rp 611,6 triliun dengan penyerapan tenaga kerja 861.581 orang dari 102.276 proyek investasi.
"Masa kritis realisasi investasi di tahun 2020 pada era pandemi Covid-19 sudah terlewatkan, kritis kita di triwulan II di mana hanya Rp 190 triliun. Di triwulan III Rp 209 triliun di mana capaian ini 74,8% dari target realisasi sebesar Rp 817,2 triliun," ujar Kepala BKPM Bahlil Lahadalia dalam konferensi pers virtual Realisasi Investasi Triwulan III 2020, Jumat (23/10/2020).
Bahlil yang sudah setahun menjabat Kepala BKPM mengaku optimistis, di akhir tahun target investasi Rp 817,2 triliun akan tercapai. "Banyak orang ragu atas target realisasi investasi karena ada pandemi Covid. Ada yang mengatakan hanya Rp 600 triliun-Rp 700 triliun, bahkan beberapa asosiasi mengatakan BKPM teralu optimistis. Saya ingin mengatakan BKPM optimistis bukan simsalabim, tapi disertai analisa, data dan melihat kondisi yang ada. Tapi, memang ada satu masalah, realisasi investasi tidak sejalan dengan pertumbuhan ekonomi, itu dilihat dari biaya ekonomi tinggi," kata dia.
Lebih lanjut, dengan keberadaan Undang-Undang Cipta Kerja, dia yakin realisasi investasi di 2021 akan lebih tinggi. Apalagi akan ada 153 perusahaan yang sudah menyatakan minatnya untuk berinvestasi di Indonesia. Selain itu, Indonesia juga akan memiliki peran besar dalam pengembangan kendaraan listrik. Sebab, pembangunan pabrik baterai lithium akan ada di Tanah Air. "2021 pandemi Covid sudah selesai dan semakin baik respon investor dalam dan luar negeri, dan dari UMKM," ucap Bahlil.
Bahlil menambahkan dari sisi penyerapan tenaga kerja, realisasi investasi pada triwulan III 2020 mampu menciptakan lapangan kerja sebanyak 295.387 orang dari 45.726 proyek investasi. Jumlah ini lebih besar jika dibandingkan dengan realisasi investasi di triwulan II 2020 yang hanya 263.109 orang, namun lebih kecil dari triwulan I yang mencapai 303.085 orang.
Adapun pada akhir tahun BKPM menargetkan ada penyerapan tenaga kerja sebanyak 1,2 juta dari posisi saat ini 861.000 orang. "Kami minta ke perusahaan-perusahaan pekerjaan yang bisa dilakukan manusia jangan dialihkan ke mesin," tegasnya.
Sedangkan untuk tahun depan, BKPM menargetkan akan ada penyerapan minimal 1,3 juta pekerja. Target tersebut melihat tingkat angkatan kerja 2,9 juta per tahunnya.
Kembali ke triwulan III, Bahlil menuturkan, Penanaman Modal Dalam Negeri (PDMN) tercatat Rp 102,9 triliun, naik 2,1% (YoY). Sedangkan Penanaman Modal Asing (PMA) adalah Rp 106,1 triliun triliun atau naik 1,1% (YoY). Negara asal PMA terbesar dari Singapura US$ 2,5 miliar, disusul Tiongkok US$ 1,1 miliar, Jepang US$ 0,9 miliar, Hong Kong US$ 0,7 miliar, dan Belanda US$ 0,5 miliar. “Yang menarik Belanda, Eropa pertumbuhan ekonominya defisit tapi gairah untuk investasi di Indonesia luar biasa,” ungkapnya.
Sementara itu realisasi investasi berdasarkan kepulauan, untuk wilayah Jawa mencapai Rp 98,6 triliun atau setara 47,2% dari total realisasi. Kemudian untuk wilayah di luar Pulau Jawa mencapai Rp 110,4 triliun atau 52,8%. "Realisasi investasi di luar Jawa terjadi kenaikan 17,9%, sementara di Jawa turun 12%," sebut dia.
Lebih lanjut, dilihat dari provinsi tujuan investasinya yang tertinggi terjadi di Jawa Barat sebesar Rp 28,4 triliun. Kemudian disusul DKI Jakarta Rp 22,3 triliun, Banten Rp 21,5 triliun, Jawa Timur Rp 15,5 triliun, dan Riau Rp 13 triliun.
BKPM juga mencatat lima sektor utama realisasi investasi pada triwulan III 2020 yakni transportasi, gudang dan telekomunikasi dengan persentase 15,3%, industri logam dasar, barang logam dan bukan mesin dan peralatannya 11,8%, sektor listrik, gas dan air 11,7%, lalu konstruksi 11,1%, dan serta perumahan, kawasan industri dan perkantoran 10,2%. [O-2]
Sumber: BeritaSatu.com