London, Beritasatu.com - Bursa AS Wall Street bervariasi pada perdagangan Selasa (27/10/2020) kerena melonjaknya kasus Covid-19.
Dow Jones Industrial Average dan S&P 500 turun 222,19 poin, atau 0,8%, menjadi 27.463,19. Caterpillar dan Boeing menjadi penghambat terbesar di Dow, masing-masing turun 3,2% dan 3,5%. S&P 500 ambles 0,3% ke 3,390,68, menandai penutupan pertama di bawah 3.400 sejak 6 Oktober. Adapun Nasdaq Composite melawan tren naik 0,6% menjadi 11.431,35 karena saham teknologi menguat.
Investor meningkatkan posisi pada saham-saham yang diuntungkan dari orang-orang yang tinggal di rumah dan menjual saham-saham terkait pembukaan kembali ekonomi. Shopify dan Amazon masing-masing naik 4,3% dan 2,5%. Zoom Video naik 4,1%. Microsoft bertambah 1,5%. Sementara American Airlines turun 4,8%, United dan Delta keduanya turun lebih 3%.
Analisis data CNBC dari Universitas Johns Hopkins menunjukkan kasus virus corona harian AS telah meningkat rata-rata 69.967 selama seminggu terakhir, sebuah rekor. Jumlah rata-rata rawat inap Covid-19 juga meningkat 5% di 36 negara bagian selama tujuh hari terakhir, menurut data Proyek Pelacakan Covid.
Wall Street keluar dari sesi yang sulit, dengan Dow membukukan penurunan satu hari terbesar sejak awal September. Penurunan tersebut sebagian dipicu meningkatnya jumlah kasus virus Covid-19 dan ketidakmampuan anggota parlemen mendorong stimulus fiskal baru. Pemimpin Mayoritas Senat Mitch McConnell menunda Senat hingga 9 November, sehingga semakin mengurangi harapan tercapainya kesepakatan sebelum pemilihan.
Wall Street bersiap menyambut pendapatan Microsoft setelah penutupan Selasa. Raksasa teknologi itu mencatat pendapatan tumbuh 13% selama kuartal kedua di tengah pandemi.
Hampir 170 perusahaan S&P 500 telah melaporkan pendapatan kuartal ketiga hingga Selasa pagi, menurut data The Earnings Scout. Dari perusahaan-perusahaan tersebut, 83% membukukan pendapatan lebih baik dari perkiraan. Namun, beberapa investor menganggap hasil ini tidak mencerminkan pemulihan perusahaan Amerika.
“Kami pikir standar yang ditetapkan sangat rendah,” kata ahli strategi investasi global di Ascent Private Capital Management, Tom Hainlin.
Sumber: CNBC