Jakarta, Beritasatu.com - Wacana menggabungkan BUMN produsen kereta api PT Inka (Persero) ke PT Kereta Api Indonesia (Persero) atau KAI muncul kembali. Menanggapi hal itu, pengamat kebijakan publik Agus Pambagyo meminta, agar pemerintah melakukan kajian mendalam terlebih dahulu sebelum menggabungkan PT INKA ke PT KAI.
"Lakukan studi yang cermat dan laksanakan kajian secara mendalam. Tapi untuk studinya pilih lembaga yang kompeten," kata Agus Pambagyo kepada wartawan, Rabu (28/10)/2020.
Menurut Agus, pemerintahan saat ini rajin melakukan merger perusahaan negara yang pada akhirnya kinerjanya juga masih belum teruji. Karena itu, terkait rencana merger KAI dan INKA itu, dirinya juga kurang setuju.
"Saya melihat dalam melakukan holdingisasi dan merger ini, pemerintah kurang melalui studi dan kajian yang mendalam," papar dia.
Pengamat transportasi dari Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) Djoko Setiowarno mengatakan, PT Inka saat ini sedang mengalami perkembangan yang cukup bagus.
"Inovasi dan kreativitas pengembangan usahanya sudah mulai menampakkan hasilnya. Diberi kepercayaan negara lain untuk memproduksi kereta dan lokomotif," paparnya.
Sikap tidak setuju juga dikemukakan pengamat transportasi dan mantan wartawan transportasi MS Hendrowijono.
"Mungkin tujuannya benar tetapi menurut saya tidak tepat. Masa manufacturer digabung dengan operator?" kata Hendrowijono.
Menurut Hendrowijono, opsi yang diwacanakan pemerintah itu sebenarnya tujuan agar Inka dan KAI maju serta negara mendapat manfaat. Hanya saja saat ini Inka sudah punya pabrik baru, fixed cost tinggi, serta butuh proyek. Di sisi lain, pasar domestik hanya dari KAI dan itu pun baru 3 tahun terakhir.
"Kalau tidak ada proyek, akusisi Inka akan membebani keuangan KAI yang lagi terdampak pandemi covid-19," paparnya.
Sumber: BeritaSatu.com