Jakarta, Beritasatu.com - Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo, memastikan stok 11 kebutuhan pokok dasar untuk tahun ini dalam kondisi aman, meski ada kendala dari pandemi virus corona (Covid-19) dan fenomena La Nina. Bahkan, Badan Pangan Dunia atau Food and Agricultural Organization (FAO) menilai Indonesia dalam jalur yang benar dalam menjaga ketahanan pangannya.
Menurut Syahrul, pandemi Covid-19 telah berdampak kepada sejumlah sektor perekonomian, namun tidak begitu ke sektor pertanian. Hal itu, terlihat dari ketersediaan 11 bahan pokok dasar termasuk beras, jagung, bawang merah, bawang putih, cabai besar, cabai rawit, daging sapi, daging kerbau, daging ayam ras, telur ayam, gula pasir, dan minyak goreng saat ini cukup memadai untuk menjaga ketahanan pangan nasional di tengah ancaman fenomena La Nina. Diperkirakan terdapat 3%-4% wilayah pertanaman yang berisiko terimbas curah hujan tinggi akibat La Nina.
“Untuk 11 bahan pokok semua terkendali penuh di 2020 ini. Untuk musim tanam pertama untuk padi, dari tanam pertama dan kedua produksi diperkirakan 30 juta ton dan ini overstock sampai 6-7 juta ton sampai 2021,” kata Syahrul dalam konferensi pers Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPCPEN), di Jakata, Senin (9/11/2020).
Menurut Syahrul, ketersediaan beras cukup memadai karena potensi produksi beras pada masa tanam periode I yang berlangsung sampai Maret bakal menghasilkan sebanyak 17 juta ton.
Oleh karena itu, pemerintah optimistis kontribusi pertanian akan tetap positif bagi perekonomian. Berdasarkan data Kementerian Pertanian yang dihimpun, kontribusi ekspor pertanian selama Januari-Agustus 2020 pun telah mencapai Rp 251 triliun.
“Seperti kata Menteri Perdagangan, ini menunjukkan tren yang terus positif. Sempat turun pada April tapi setelah itu kinerja membaik,” ujar Syahrul.
Apalagi negara-negara di dunia telah berkomitmen untuk saling mendukung pasokan pangan selama pandemi. Hal itu nampak dari negara-negara di dunia untuk menjaga pasokan lintas negara dalam forum FAO yang diikuti 46 negara belum lama ini.
“Negara di dunia diminta mempersiapkan ketahanan pangan secara kuat karena setelah Covid-19 ada musim kering dan ancaman kekurangan pangan. Dari pendekatan itu, Indonesia mempercepat tanam dan menangani potensi La Nina. Kami juga sepakat tidak ada border untuk pangan, jadi di Asia Tenggara diharapkan dapat saling menunjang,” ujar Syahrul.
Adapun target luas tanam untuk padi yang dipatok pemerintah selama Oktober-Maret yakni seluas 8,2 juta hektare (ha). Jumlah tersebut diperoleh dari 700.000 ha pada Oktober, 900.000 ha pada November, dan 1,9 juta ha sepanjang Desember. Peningkatan luas panen juga akan dimulai pada Januari 2021 dengan luas 2,16 juta ha, pada Februari di lahan seluas 1,2 juta ha, dan pada Maret di lahan seluas 1,01 juta ha.
Sumber: Suara Pembaruan