Jakarta, Beritasatu.com - PT BNI Asset Management mampu mempertahankan posisinya di urutan 10 besar perusahaan asset management di Indonesia dengan asset under management per Oktober 2020 sebesar Rp 24,64 triliun atau mencatat pertumbuhan 15% meski saat ini tengah berada dalam pandemi Covid-19. Wakil Direktur Utama BNI, Adi Sulistyowati mengatakan PT BNI Asset Management yang merupakan bagian dari pada grup BNI, dan telah spin offdari BNI sekuritas sejak tahun 2011 terus tumbuh berkembang hingga saat ini.
"Kami masih tetap dapat mencatatkan pertumbuhan sebesar 15 % sejak awal tahun 2020. Tentunya pertumbuhan ini tidak terlepas dari dukungan para investor serta sinergi BNI sebagai induk dari seluruh anak perusahaan yang tergabung dalam grup BNI," ungkap Adi Sulistyowati dalam webinar Market Outlook 2021 "Resilience to Counter Economic Turbulence - Day 1, Rabu (18/11/2020).
Sementara itu, Presiden Direktur BNI Asset Management Putut Endro Andanawarih menilai mayoritas investor saat ini mulai masuk ke instrumen investasi karena banyak orang yang melakukan hal tersebut. Kebanyakan dari mereka juga saat ini masih menyimpan uangnya ke instrumen rendah risiko seperti deposito.
"Meskipun Indonesia mengalami negatif growth namun angka tersebut masih lebih baik dibandingkan dengan negara maju seperti Jepang dan Amerika Serikat yang berkontraksi masing-masing sebesar 5,27% dan juga minus 4, 27%. Tentunya hal ini tidak terlepas dari upaya dan presiden, pemerintah bersama instansi terkait untuk melakukan langkah-langkah strategis yang tepat dan cepat dalam menanggulangi dampak daripada covid-19 serta pemulihan ekonomi nasional," lanjutnya.
Memasuki tahun 2021, suku bunga diproyeksikan masih bertahan di level rendah (low rate environment), namun stimulus masih dibutuhkan untuk mendorong pemulihan ekonomi menjadi background makro di tahun 2020-2021. Hal ini mendorong risiko beban hutang dari negara di emerging market di masa mendatang. Tingkat unemployment rate mengalami peningkatan di 2020 dan akan berlanjut di tahun 2021 bila risiko pandemi tidak segera berakhir, sehingga menjadi risiko global supply dalam jangka menengah.
"Tahun 2021, kami melihat kondisi dalam negeri akan sedikit mengalami inflasi yang sedikit lebih tinggi dibandingkan tahun 2020 seiring meningkatnya penyaluran stimulus pemerintah. Kebijakan suku bunga Bank Indonesia relatif bertahan di level 3,75-4% seiring level inflasi yang mulai meningkat namun masih ada potensi penurunan suku bunga sebesar 25-50 bps dari level saat ini. Dan proyeksi pertumbuhan ekonomi pada level 4-5,1% (upside risk di 6%) pada tahun 2021, didorong oleh gradual recovery dari re-opening economy, khususnya bila vaksin sudah dapat terdistribusi," tegasnya.
Terkait masalah UMKM, Wakil Menteri Perdagangan (Wamendag) Jerry Sambuaga menilai para pelaku UMKM di Indonesia punya potensi besar melakukan ekspor terhadap produk barang yang dihasilkannya meskipun tengah dalam masa pandemi Covid-19. Sehingga dirinya berharap BNI segera bisa bersinergi untuk menyelesaikan masalah itu.
"Jadi dari perjalanan fasilitasi ekspor kami di beberapa daerah kami menemukan banyak sekali potensi ekspor oleh UMKM maupun pelaku ekonomi rakyat baik di bidang pertanian, perkebunan, kemaritiman dan lain-lain. Selama ini mereka terhambat karena kurangnya pengetahuan mengenai mekanisme dan dalam hal pembiayaan. Nah, pertemuan dengan Pak Dirut tadi itu kita sampaikan, bahwa pelaku UMKM di Indonesia pastinya akan perlu bantuan Perbankan khususnya BNI untuk membantu mereka mengembangkan ekspor," tutur Jerry.
Sumber: BeritaSatu.com