Jakarta, Beritasatu.com – Alternate member APEC Business Advisory Council (ABAC) Indonesia John Riady mengungkapkan, dalam mendorong pertumbuhan ekonomi, inovasi menjadi pilar yang sangat penting. Apalagi dengan adanya pandemi Covid-19 yang menyebabkan terjadinya acceleration of trend, hal ini mendorong setiap organisasi perusahaan dan juga setiap negara untuk mempercepat inisiatif-inisiatif yang sifatnya inovasi, agar tidak ketinggalan dan dapat terus bertumbuh dengan baik.
“Dalam inovasi dan juga perkembangan teknologi digital, Indonesia menjadi salah satu leader. Indonesia merupakan salah satu negara atau pasar dengan tren pertumbuhan digital yang tercepat. Kami melihat sendiri begitu cepatnya pertumbuhan dari startup Indonesia yang sangat berhasil, dan banyak dari mereka yang sekarang sudah berhasil melakukan ekspansi ke negara-negara ASEAN. Jadi memang ini (inovasi) menjadi salah satu pilar pertumbuhan yang akan mendukung program-program pemerintah,” kata John Riady dalam konferensi pers ABAC Indonesia, Kamis (19/11/2020).
John Riady berharap lahirnya Indonesia Impact Fund yang diinisiasi ABAC Indonesia juga bisa semakin mendukung perkembangan ekosistem digital di Indonesia yang sudah memperlihatkan tren positif.
Ketua ABAC Indonesia Anindya Bakrie mengungkapkan, selain inovasi, pilar utama lainnya sebagai pendukung pemulihan ekonomi Asia-Pasifik yang disuarakan ABAC saat pertemuan virtual ABAC IV 2020 baru-baru ini adalah integrasi ekonomi dan inklusi. Ketiga prioritas ini diharapkan dapat mendorong pertumbuhan ekonomi APEC dalam jangka panjang.
Terkait dengan pilar Inovasi, Anindya Bakrie menambahkan, pandemi Covid-19 telah membuka mata dan membuat kita sadar bahwa konektivitas digital merupakan hal yang penting dan harus menjadi prioritas untuk dunia pascapandemi ini. Di era Industri 4.0, Indonesia juga telah menghasilkan banyak inovasi yang bermanfaat bagi perkembangan perusahaan startup dalam satu dekade terakhir, mulai dari online ride hailing hingga digital wallet dengan model bisnis yang luas dari Business to Business (B2B) dan Business to Consumer (B2C).
“Potensi pertumbuhan ekonomi digital di Indonesia sangat besar dan banyak sektor yang berpotensi untuk berkembang, seperti pendidikan, kesehatan, dan energi terbarukan,” ungkap Anindya.
Mengenai pilar integrasi ekonomi, Anindya Bakrie juga menekankan pentingnya peran Indonesia terhadap integrasi ekonomi di kawasan Asia-Pasifik. Indonesia sebagai ekonomi terbesar di ASEAN dengan potensi pertumbuhan yang tinggi dalam jangka panjang akan menjadi fondasi pertumbuhan ekonomi global. Posisi Indonesia yang strategis dan terbuka untuk investasi asing juga dapat menjadi jembatan antara perang dagang yang terjadi Amerika Serikat dan Tiongkok.
“Aktivitas supply chain dan manufaktur Indonesia saat ini masih relatif kecil. Namun, sebagai negara kepulauan terbesar di dunia, Indonesia memiliki potensi untuk bisa berkontribusi lebih besar dalam global supply chain, sehingga stabilitas output dunia dapat lebih terjaga,” imbuhnya.
Menurut Anindya, Indonesia optimistis untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang solid karena perbaikan fundamentalnya. Namun, penerapan kebijakan integrasi ekonomi regional melalui Free Trade Area of the Asia-Pacific (FTAAP) di dalam APEC, akan mempercepat pemulihan ekonomi Indonesia dan Asia-Pasifik secara keseluruhan.
Anindya mengungkapkan, dalam mendukung kesejahteraan rakyat, disahkannya Omnibus Law juga menjadi penyempurna bagi upaya pemerintah untuk mendukung pertumbuhan ekonomi dan penciptaan lapangan kerja.
“Inklusi dengan membuat iklim investasi yang mendukung bagi investor sangat penting di tengah kondisi seperti ini. Berbagai program telah dilakukan untuk mendorong pembangunan Indonesia berkelanjutan dengan kerangka Sustainable Development Goals (SDGs) dari PBB ,” tuturnya.
Indonesia Impact Fund
Anggota ABAC Indonesia Shinta Kamdani juga menuturkan bahwa aspek pembangunan berkelanjutan atau SDGs harus diutamakan dalam pembangunan ekonomi digital dan juga investasi untuk prioritas Indonesia dalam pemulihan ekonomi.
“Covid-19 membuktikan tidak hanya ekonomi saja yang harus dipulihkan, namun juga aspek lingkungan dan sosial. Sehingga, dunia bisnis menilai mindset investasi harus diubah tidak hanya mengutamakan economically benefit (manfaat keekonomian) namun juga mampu memberikan value (nilai) jangka panjang yang berkelanjutan, dan resilient (tangguh) dalam hal aspek sosial dan lingkungan,” kata Shinta.
Melihat hal ini, ABAC Indonesia memberikan dukungan penuh untuk mendorong pertumbuhan investasi berkelanjutan di Indonesia melalui inisiatif Indonesia Impact Fund, yang memiliki target portofolio investasi pada UMKM dengan visi pembangunan berkelanjutan dan inklusi finansial yang mendukung pertumbuhan ekonomi digital di Indonesia.
Indonesia Impact Fund adalah impact fund pertama di Indonesia yang menggunakan skema Impact Measurement and Management (IMM) sebagai pengukur dampak sosial secara transparan untuk setiap investasi yang disalurkan. Program ini juga merupakan bentuk Kemitraan Pemerintah Swasta (KPS) pertama di ABAC.
Sumber: BeritaSatu.com