Jakarta, Beritasatu.com - Ekonom Senior Indef, Bustanul Arifin menilai pemanfaatan teknologi untuk mendorong produktivitas pertanian di Indonesia masih lambat.
Hal ini juga tergambar dari produktivitas faktor total atau total factor productivity (TFP) sektor pertanian yang cenderung lebih rendah dibandingkan TFP ekonomi secara keseluruhan.
Bustanul memaparkan, dalam kurun waktu 1996-2017, pertumbuhan pertanian lebih banyak didorong oleh pertumbuhan kapital. Sejak 2011, pertumbuhan TFP pertanian juga bernilai negatif, artinya terjadi penurunan produktivitas pertanian.
“TFP pertanian negatif, ada unsur teknologi di situ. Artinya kita punya problem dalam konteks mendorong produktivitas pertanian karena penggunaan teknologi kita lambat, inovasi lambat. Kalaupun ada, inovasinya belum banyak terserap dan teraktualisasi dalam konteks pertumbuhan ekonomi," kata Bustanul Arifin dalam webinar “Kedaulatan Pangan dan Energi” yang digelar Indef, Senin (30/11/2020).
Karenanya, Bustanul berharap agar Kementerian Pertanian (Kemtan) melalui Badan Litbang Pertanian dapat melakukan terobosan untuk perkembangan teknologi, guna mewujudkan kedaulatan pangan.
“Kalau kita tidak punya terobosan dalam teknologi, dengan TFP yang negatif, kita punya masalah. Kedaulatan pangan bisa terganggu,” kata Bustanul.
Dijelaskan Bustanul, kedaulatan pangan adalah hak negara dan bangsa yang secara mandiri menentukan kebijakan pangan yang menjamin hak atas pangan bagi rakyat, dan yang memberikan hak bagi masyarakat untuk menentukan sistem pangan yang sesuai dengan potensi sumber daya lokal. "Kedaulatan pangan akan tercapai dengan perubahan kebijakan yang efektif,” tegas Bustanul.
Sumber: BeritaSatu.com