Jakarta, Beritastau.com - Pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) harus adaptif dan inovatif agar mampu bertahan di tengah pandemi Covid-19. Untuk memasarkan produk-produk berbasis kearifan lokal, diperlukan kolaborasi dan mengandalkan teknologi digital. Hal ini menjadi topik webinar bertema "Pandemi dan Peluang Bisnis Berbasis Kearifan Lokal".
Denden Sofiudin, seorang pemilik usaha kopi di Temanggung, membuktikan bahwa strategi tersebut ampuh untuk mengembangkan bisnis yang telah dirintisnya sejak 2015. Dia mendirikan Rumah Kopi Temanggung guna memfasilitasi hasil panen kopi dari para petani lokal. "Saya awalnya tidak memiliki pengetahuan dasar tentang kopi. Namun, saya berpengalaman dalam dunia digital. Jadi, saya mencoba menawarkan kopi lokal Temanggung secara online, dan ternyata respons pasar bagus," kata Denden dalam keterangan tertulis yang diterima Kamis (3/12/2020).
Setelah sukses, Denden mengajak beberapa temannya untuk melakukan hal yang sama. Dia turun tangan mengajari teman-temannya tentang pemanfaatan teknologi digital yang kini banyak tersedia secara gratis. "Saya membuat sejumlah titik koordinat untuk mereka di Google Maps, dengan kata kunci 'Kopi Temanggung'. Harapannya, siapa pun yang melintasi Temanggung tertarik untuk mencicipi, dan konsumen cukup mencari lokasi penjual di Google Maps, lalu memilih penjual kopi sesuai selera," jelas Denden, sambil menambahkan, kolaborasi menjadi hal mutlak yang dilakukan untuk mengembangkan bisnis lokal.
Menurut Denden, nyaris seluruh penjualan Rumah Kopi Temanggung dilakukan di kanal online. "95% penjualan Rumah Kopi Temanggung berasal dari online," ujar Denden.
Sementara Wakil Sekjen International Council for Small Business, Daerah Istimewa Yogyakarta Satya Bilal mengatakan, UMKM jangan hanya berkutat dengan pemasaran digital. Mereka perlu mengasah beberapa keahlian lain seperti menambah akses keuangan (pinjaman/modal), dan meningkatkan kapasitas sumber daya manusia (karyawan). Selain itu, berkolaborasi, berinovasi; serta membuat laporan keuangan secara profesional.
"Pelaku UMKM harus menjadi pebisnis yang lebih profesional. Mereka juga perlu mengasah insting bisnis. Kalau sebelumnya kita merasa puas dengan memperoleh dana Rp 100, kita harus mampu mencapai lebih dari itu. Adaptasi bisnis harus selalu dilakukan agar kita bisa bertahan di tengah pandemi. Penggunaan anggaran pun harus tepat sasaran," jelas Satya.
Dia mengatakan, banyak sektor-sektor ekonomi kreatif yang berkembang. Di Indonesia Timur, memiliki begitu banyak satwa-satwa air, dan bisnis aquascape bermunculan di tengah pandemi. "Ada merek lokal, Sociolla, setelah dirintis selama lima tahun, berhasil berekspansi hingga ke Vietnam," ujarnya lagi.
Dengan kekayaan budaya lokal dan potensi daerah di Indonesia, peluang bisnis masih terbuka bagi pelaku UMKM. Penguasaan teknologi digital dan kepiawaian mengelola bisnis merupakan dua aspek yang menjadi kunci sukses untuk mengembangkan bisnis di era pandemi.
Sumber: BeritaSatu.com