Singapura, Beritasatu.com - Rencana Presiden terpilih AS Joe Biden menyelamatkan perekonomian AS dengan meluncurkan megastimulus senilai US$ 1,9 triliun dapat berakibat buruk bagi pasar modal di negara-negara berkembang di Asia.
Menurut James Sullivan, kepala riset ekuitas Asia (selain Jepang) di JPMorgan, program stimulus AS dapat memicu capital outflow dari pasar modal Asia dan negara-negara berkembang Asia.
"Sebagian besar investor melihat pasar Asia dan negara berkembang lebih positif dibandingkan dengan AS. Ini sebelum detail rencana stimulus terkini diumumkan," kata Sullivan kepada CNBC.
"Dalam 18 pekan berturut-turut, kita melihat aliran modal masuk ke Asia, kecuali Jepang," kata Sullivan. Dia menambahkan besar kemungkinan aliran modal itu berbalik kembali AS sebagai dampak dari pemulihan ekonomi AS yang ditopang stimulus Biden.
Presiden terpilih Amerika Serikat (AS) Joe Biden pada Kamis (14/1/2021) mengungkapkan perincian paket bantuan Covid-19 senilai US$ 1,9 triliun yang dirancang untuk mendukung rumah tangga dan bisnis yang terdampak pandemi.
Proposal yang disebut Rencana Penyelamatan Amerika (the American Rescue Plan), mencakup beberapa langkah stimulus yang sudah ada. Harapannya, dukungan fiskal tambahan ini akan menopang keluarga, perusahaan AS, hingga vaksin Covid-19 tersedia secara luas.
Sebelumnya, JPMorgan memperkirakan stimulus AS hanya sebesar US$ 900 miliar, namun ternyata stimulus Biden lebih dari dua kali lipat proyeksi JPMorgan. Sullivan mengatakan besaran stimulus itu merupakan kejutan positif bagi pasar dan pertumbuhan ekonomi AS secara keseluruhan.
Menurut Sullivan, pasar modal Tiongkok -salah satu wilayah dengan pertumbuhan tertinggi di 2020- bisa menjadi yang pertama terdampak capital outflow.
Sumber: CNBC.com