Surabaya, Beritasatu.com - Kinerja PT Terminal Teluk Lamong (TTL) selama 2020 secara umum mengalami peningkatan. Catatan positif itu terlihat dari angka trafik kapal yang sandar di TTL yang mengalami kenaikan 7 persen jika dibandingkan tahun sebelumnya. Tahun ini, TTL tetap optimis bisa menggenjot kinerjanya.
Direktur Utama Terminal Teluk Lamong, Faruq Hidayat, mengatakan di tengah pandemi Covid-19 TTL mampu bertahan dan membukukan laba diatas target perusahaan. Kinerja yang positif itu tak lepas dari beberapa kebijakan yang diambil untuk mendongkrak bisnis kepelabuhanan di tengah kondisi pandemi Covid-19.
"Pada sisi harga dan pembayaran, kami memberikan perpanjangan waktu pembayaran tagihan pelayanan jasa kapal dan menunda proses penyesuaian harga bongkar curah kering,” kata Faruq, Rabu (20/1/2021).
Selain itu, kebijakan terkait perpanjangan waktu penumpukan petikemas impor juga diberlakukan. Pada petikemas kosong waktu penumpukan di dalam pelabuhan diperpanjang dari 3 hari menjadi 7 hari sedangkan untuk petikemas bermuatan waktu diperpanjang dari 3 hari menjadi 5 hari.
Melalui kinerja positif selama 2020, Farug berharap TTL dapat terus meningkatkan kinerja di tahun-tahun mendatang. Strategi pemasaran, leadership, operasi prima dan peningkatan pelayanan kepada pelanggan, menjadi kunci utama pencapaian TTL.
"Kami memastikan akan terus menjaga layanan operasional selama 24 jam dalam 7 hari (24/7) sebagai wujud komitmen kami untuk menjaga kelancaran logistik Indonesia,” terang Faruq.
Sementara itu Direktur Operasi dan Teknik TTL, Warsilan menjelaskan, trafik kapal baik kapal petikemas maupun curah kering mengalami peningkatan. Di antaranya untuk trafik kapal atau kapal yang sandar di TTL hingga Desember 2020 mencapai sebanyak 1.178 unit dengan total berat 17.222.455 Gross Ton (GT).
"Jumlah tersebut naik 7 persen dibanding periode yang sama tahun 2019 sebanyak 1.105 unit dengan total berat 16.786.524 GT,” terang Warsilan.
Trafik kapal peti kemas juga mengalami kenaikan sebesar 7 persen dari 1.029 unit atau 13.540.737 GT menjadi 1.101 unit atau 13.941.759 GT pada tahun 2020. Jumlah tersebut didominasi oleh kapal domestik yang meningkat 19 persen dibanding tahun lalu. Pada tahun 2019 kedatangan kapal domestik mencapai 753 unit atau 6.020.436 GT, naik menjadi 840 unit atau 7.176.668 GT pada 2020.
Kenaikan serupa juga tercatat di trafik kapal curah kering sebesar 1 persen dibanding tahun 2019. Pada tahun 2019 tercatat ada 76 unit atau 3.245.787 GT, naik menjadi 77 unit kapal atau 3.280.696 GT di tahun 2020. Peningkatan jumlah kapal yang sandar menunjukkan kinerja TTL yang tetap prima di tengah pandemi.
"TTL sebagai pelabuhan otomasi dan ramah lingkungan sangat siap dalam menghadapi kondisi pandemi yang berat bagi dunia usaha karena kinerja kami menunjukkan angka positif,” terang Warsilan.
Dia juga menyebutkan, kenaikan jumlah kapal yang sandar menunjukkan stabilitas perekonomian nasional. Sebab, arus kapal di TTL didominasi oleh kapal domestik. Infrastruktur dan teknologi merupakan salah satu komponen penting dalam memajukan industri maritim sehingga TTL sangat mumpuni untuk melayani kapal domestik dan internasional.
Warsilan mengakui untuk jumlah muatan terjadi penurunan pada muatan kapal petikemas dan curah kering pada tahun 2020. Arus petikemas tahun 2020 turun 5 persen menjadi 678.208 TEUs dari tahun sebelumnya. Penurunan terjadi akibat jumlah petikemas internasional yang turun 13 persen menjadi 296.896 TEUs dari 372.936 TEUs pada tahun 2019.
Jumlah muatan petikemas domestik tahun 2020 tercatat naik 2 persen menjadi 381.312 TEUs dibandingkan dengan 2019 yang hanya 372.936 TEUs. Sejalan dengan jumlah muatan petikemas, arus curah kering hingga Desember 2020 turun 3 persen menjadi 2.787.182 ton dibandingkan dengan tahun 2019.
Menurut Warsilan, pandemi mempengaruhi proses produksi barang di beberapa kota dan negara. Sehingga proses pergerakan barang di pelabuhan juga mengalami perubahan pola yang berdampak pada kinerja pelabuhan. Pada arus barang internasional terjadi penurunan yang cukup tinggi karena mayoritas kapal dan barang yang masuk ke TTL berasal dari Asia Timur salah satunya Tiongkok.
Sebagai negara dengan penyebaran pandemi pertama di dunia, pasokan barang dari dan ke negara tersebut sempat terhenti sehingga mempengaruhi jumlah barang yang masuk dan keluar dari Indonesia.
“Untuk meningkatkan produktivitas, TTL akan selalu beradaptasi dan berinovasi. Disisi lain bagi seluruh pegawai diharapkan untuk tetap produktif dengan tetap menjalankan protokol kesehatan yang ketat dalam bekerja,” pungkas Warsilan.
Sumber: BeritaSatu.com