New York, Beritasatu.com - Harga minyak naik tipis pada akhir perdagangan Rabu (20/1/2021) dipicu ekspektasi Presiden AS Joe Biden akan memberikan stimulus ekonomi terkait pandemi Covid-19 sehingga akan mendongkrak permintaan bahan bakar. Selain itu, memberlakukan kebijakan yang memperketat pasokan minyak mentah.
Minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Maret ditutup di US$ 56,08 per barel, atau menguat 18 sen. Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS pengiriman Februari naik 26 sen, menjadi US$ 53,24 per barel.
Biden, yang dilantik pada Rabu (20/1/2021), segera mengambil langkah-langkah mengekang industri minyak AS, termasuk masuk kembali dalam kesepakatan iklim Paris, membatalkan izin pipa minyak mentah Keystone XL dan pengelolaan yang direncanakan di Arktik.
Sementara calon Menteri Keuangan AS Janet Yellen pada Selasa (19/1/2021) akan "bertindak besar" pada bantuan pandemi, sehingga akan mendorong harga minyak.
“Ada harapan baru tentang stimulus, ada suasana hati yang baik di pasar, sebuah perasaan bergerak maju dan permintaan akan meningkat,” kata analis Again Capital LLC Phil Flynn di New York.
Secara global, OPEC+ telah memperketat pasokan dari rekor penurunan produksi tahun lalu guna membantu mengangkat harga dari level terendah dalam sejarah.
Brent mencapai level tertinggi 11-bulan di US$ 57,42 bulan ini dibantu Arab Saudi yang pada Februari melakukan pemotongan produksi dan sebagian besar anggota OPEC+ setuju untuk menjaga produksi stabil.
Sumber: CNBC