Jakarta, Beritasatu.com - Untuk membantu pelaku usaha ultra mikro agar dapat terus bertumbuh dan naik kelas, Kementerian Badan Usaha Milik negara (BUMN) pada tahun ini berencana membentuk holding ultra mikro yang melibatkan PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (Persero), PT Pegadaian (Persero) dan PT Permodalan Nasional Madani (Persero) atau PNM.
Staf Khusus Menteri BUMN, Arya Sinulingga menyampaikan, saat ini ada sekitar 30 juta pelaku UMKM yang belum terlayani akses pembiayaan secara formal. Banyak dari mereka yang meminjam uang untuk modal usaha dari rentenir dengan bunga pinjaman yang besar.
“PNM ini sebetulnya sangat kuat sekali, mereka selama ini menangani masyarakat yang sangat kecil usaha dan pinjamannya. Tetapi dari sisi permodalan, PNM tidak kuat untuk membantu ultra mikro. Makanya sekarang langkah kita di samping membantu UMKM dengan Kredit Usaha Rakyat (KUR) dan sebagainya, dalam waktu dekat kita akan mengholdingkan BRI, PNM, dan juga Pegadaian,” kata Arya Sinulingga dalam acara Zooming with Primus bertajuk 'Menjangkau Usaha Ultra Mikro' yang disiarkan langsung Beritasatu TV, Kamis (21/1/2021).
Menurut Arya, rencana ini merupakan langkah terstruktur untuk membantu pelaku usaha sampai ke level terbawah, sehingga tidak sampai terjerat bunga pinjaman yang tinggi dari para rentenir. Dalam integrasi ini, BRI akan menjadi holding, sementara Pegadaian dan PNM menjadi anak perusahaan.
“Pegadaian dan PNM ini nantinya jadi anak perusahaan BRI yang memang bekerja khusus untuk UMKM. Seperti kita tahu, teman-teman di Pegadaian dan PNM ini sangat kuat pembiayaan untuk UMKM-nya sampai level terbawah. Dan bagi masyarakat yang UMKM, paling gampang cari modal ke Pegadaian dan PNM. Ke Pegadaian dia cukup bawa barang, sementara kalau ke PNM persyaratannya juga tidak terlalu rumit,” papar Arya.
Bila nantinya integrasi ini sudah bisa terjadi pada 2021, harapannya 30 juta UMKM yang selama ini belum mendapatkan akses pembiayaan secara formal dapat segera terlayani, sehingga pelaku usaha ultra mikro dapat segera bangkit dari dampak Covid-19.
“Pelaku usaha ultra mikro ini sebenarnya susah mampu (membayar cicilan pinjaman). Tetapi karena begitu ketatnya persyaratan di perbankan, akhirnya mereka tidak mampu untuk masuk ke perbankan. Dengan integrasi ini, harapannya semakin banyak UMKM yang terbantu,” kata Arya.
Sementara itu menurut Kepala ekonom Bank Permata, Josua Pardede, rencana pembentukan holding BUMN untuk pembiayaan ultra mikro ini merupakan langkah positif untuk meningkatkan kewirausahaan dan pemberdayaan masyarakat, khususnya masyarakat di pedesaan atau berpenghasilan rendah.
"Dengana adanya holding ini, positifnya adalah sinkronisasi data UMKM yang dimiliki BRI, Pegadaian dan PNM, dan juga meningkatkan akses UMKM terhadap pembiayaan formal,” kata Josua.
Dengan mendapatkan akses permodalan yang lebih mudah, lanjut Josua, harapannya pelaku usaha ultra mikro tersebut bisa “naik kelas” ke segmen yang lebih besar lagi, sehingga nantinya bisa menjadi tonggak kebangkitan ekonomi Indonesia.
Staf Ahli Menteri Keuangan Bidang Kebijakan dan Regulasi Jasa Keuangan dan Pasar Modal (JKPM), Arif Baharudin juga menyambut baik rencana pembentukan BUMN holding ultra mikro. Apalagi selama ini Pegadaian dan PNM juga sebagai penyalur pembiayaan program UMi (ultra mikro). "Dari Kementerian Keuangan, kami menyambut baik ide sinergisitas ini,” kata Arif Baharudin.
Arif menambahkan, Kementerian Keuangan bersama Komite Stabilitas Sistem keuangan (KSSK) saat ini juga terus membahas rencana sinergi tersebut, sehingga harapannya dalam waktu dekat Holding BUMN ultra mikro dapat segera terwujud.
Sumber: BeritaSatu.com