Jakarta, Beritasatu.com - Ekonom Center of Reform on Economics Indonesia (Core), Yusuf Rendy Manilet menilai, bonus demografi yang saat ini tengah dinikmati Indonesia layaknya dua sisi mata uang yang bisa menjadi kesempatan besar, namun bisa pula menjadi masalah bila tidak dimanfaatkan dengan baik.
Berdasarkan data Sensus Penduduk 2020, dari total penduduk Indonesia pada September 2020 yang sebanyak 270,20 juta jiwa, penduduk usia produktif atau usia kerja dari 15-64 tahun meningkat dari 53,39 persen menjadi 70,72 persen.
Hasil Sensus Penduduk 2020 juga mencatat mayoritas penduduk Indonesia didominasi oleh Generasi Z (lahir tahun 2013 dan seterusnya, perkiraan usia sekarang sampai dengan 7 tahun) dan Generasi Milenial (lahir tahun 1981-1996, perkiraan usia sekarang 24-39 tahun). Adapun proporsi Generasi Z sebanyak 27,94 persen dan Generasi Milenial sebanyak 25,87 persen dari total populasi Indonesia.
"Dengan penduduk usia produktif yang mencapai 70,72 persen, ini bisa menjadi kesempatan bagi Indonesia untuk mendorong pertumbuhan ekonomi. Karena sebetulnya Indonesia masih membutuhkan pertumbuhan ekonomi yang tinggi lagi,” kata Yusuf Rendy saat dihubungi Beritasatu.com, Jumat (22/1/2021).
Namun dikatakan Rendy, bonus demografi ini bisa menjadi bencana apabila Sumber Daya Manusia (SDM) atau penduduk usia kerja tersebut tidak memiliki kualitas yang baik. Karenanya, berbagai pembenahan harus dilakukan saat ini juga. Salah satunya terkait dengan sistem pendidikan yang selama ini belum mampu menjawab tantangan dunia kerja.
"Bila usia produktif ini tidak bisa terserap di dunia kerja, akhirnya malah banyak pengangguran. Jadi memang kapasitas SDM-nya harus ditingkatkan. Selain itu, pemerintah juga perlu lebih fokus pada sub-sektor yang bisa menyerap pekerja dalam jumlah banyak seperti industri manufaktur,” kata Rendy.
SP2020 juga mencatat, jumlah penduduk laki-laki di Indonesia sebanyak 136,66 juta orang, atau 50,58 persen dari penduduk Indonesia. Sementara, jumlah penduduk perempuan di Indonesia sebanyak 133,54 juta orang, atau 49,42 persen dari penduduk Indonesia. Rasio jenis kelamin penduduk Indonesia sebesar 102, yang artinya terdapat 102 laki-laki untuk setiap 100 perempuan di Indonesia pada tahun 2020.
Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Rusli Abdullah menilai, lebih banyaknya penduduk laki-laki ketimbang perempuan seharusnya juga bisa menjadi kesempatan bagi Indonesia untuk mendorong perekonomian. Sebab dari perspektif budaya timur, laki-laki lebih punya kesempatan untuk bekerja lebih lama.
"Walaupun hubungannya jauh, jumlah penduduk laki-laki yang lebih banyak ini juga bisa mendorong ekonomi Indonesia lebih baik lagi. Tetapi ini juga sangat bergantung pada kualitas SDM-nya,” kata Rusli.
Sementara itu, dalam kurun waktu 2010-2020, laju pertumbuhan penduduk Indonesia sebesar 1,25 persen poin per tahun. Terdapat perlambatan laju pertumbuhan penduduk sebesar 0,24 persen jika dibandingkan dengan laju pertumbuhan penduduk pada periode 2000-2010 yang sebesar 1,49 persen.
Menurut Rusli, laju pertumbuhan penduduk yang melambat ini juga bisa menjadi tanda keberhasilan program Keluarga Berencana (KB). Namun di sisi lain, kondisi ini juga bisa terjadi karena faktor banyaknya penduduk yang menunda pernikahan, atau memilih untuk memiliki sedikit anak lantaran kondisi ekonomi yang semakin sulit.
Sumber: BeritaSatu.com