Jakarta, Beritasatu.com – Direktur Utama PT BNP Paribas Asset Management, Priyo Santoso mengungkapkan, minat investasi di saham-saham yang mematuhi aturan Environmental, Social, and Corporate Governance (ESG) saat ini sudah semakin meningkat. Tidak sekedar diminati, investasi di saham tersebut juga tetap memberi return tinggi dan konsisten dalam jangka panjang.
Priyo mengungkapkan, alasan utama banyak investor yang kini memilih berinvestasi di ESG compliance funds karena mereka sangat prihatin dengan kondisi perubahan cuaca atau climate change, dan juga tetap menitikberatkan pada hasil investasi.
“Perusahaan-perusahaan yang menerapkan prinsip ESG dalam tata kelolanya akan menghasilkan hasil investasi yang lebih baik dalam jangka panjang. Makanya saat ini begitu banyak para investor yang sangat memperhatikan prinsip ESG dalam melakukan investasinya,” kata Priyo Santoso dalam webinar “Tren Investasi Kekinian Berbasis ESG” yang digelar Berita Satu Media Holdings, Selasa (26/1/2021).
Di tingkat global, total aset untuk ESG funds saat ini sudah mencapai sekitar US$ 100 triliun, di Eropa mencapai € 17,1 triliun, sementara di Indonesia sudah berkembang mencapai Rp 3 triliun yang terdiri dari 14 reksadana.
“Di Indonesia, perkembangan ESG funds sangat luar biasa. Dalam dua tahun terakhir ini, banyak sekali investor-investor yang tertarik pada produk ESG compliance ini justru berasal dari generasi Z dan millenial. Tidak sekedar mencari return, mereka juga memikirkan dampak investasinya terhadap kelestarian lingkungan bagi masyarakat,” papar Priyo.
Beberapa produk yang sudah dihadirkan BNP Paribas Asset Management untuk investor yang memilih berinvestasi di ESG compliance funds yaitu BNP Paribas Cakra Syariah USD, BNP Paribas SRI-Kehati, dan BNP Paribas Greater China Equity Syariah USD.
“Minat investasi masyarakat terhadap ESG compliance dan bahkan juga syariah compliance fund itu sangat tinggi. Di BNP Paribas sendiri, hingga saat ini dari total AUM sebesar Rp 35 triliun, untuk ESG compliance fund dan juga ESG dan syariah compliance fund itu sudah mencapai sekitar Rp 4 triliun,” kata Priyo.
Terkait return, untuk indeks SRI-Kehati, Priyo menyebutkah return-nya jauh lebih tinggi dibandingkan indeks konvensional lainnya yang ada di Bursa Efek Indonesia (BEI). Secara tahunan, pertumbuhannya dalam lima tahun tahun 9,5%. “Jadi kalau dilihat, selain memberikan imbal hasil investasi yang menarik, pertumbuhan investasinya juga konsisten dalam jangka panjang,” kata Priyo.
Insentif Pajak
Sementara itu menurut Founder Bumi Global Karbon Foundation, A. Deni Daruri, pemerintah perlu memberikan insentif pajak kepada perusahaan atau industri yang patuh terhadap aturan ESG.
Diungkapkan Deni, dalam implementasi keterbukaan pengungkapan ESG, Indonesia saat ini masih berada di peringkat 36 dunia dengan ESG disclosure sebesar 30%. Posisi Indonesia ada di bawah Thailand yang menempati peringat 9, Malaysia 22, dan Filipina 30. ESG disclosure negara-negara tersebut di atas 40% hingga 60%.
“Kenapa ESG disclosure kita masih di bawah mereka? Karena Apa? karena tidak ada insentif dari pemerintah. Jadi, harus ada insentif bagi perusahaan yang sudah memperhatikan lingkungan, entah itu pengurangan pajak, atau diskon bunga dari bank kalau memungkinkan. Jadi memang semua stakeholder harus fokus pada ESG,” kata Deni.
Sumber: BeritaSatu.com