Jakarta, Beritasatu.com - Menteri Perdagangan (Mendag), Muhammad Lutfi mengungkapkan, neraca perdagangan Indonesia pada 2020 mengalami surplus. Sayangnya surplus tersebut merupakan kondisi yang memprihatinkan mengingat kinerja impor turun sangat dalam, terutama bahan baku dan bahan penolong.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), sepanjang 2020 neraca perdagangan Indonesia mengalami surplus sebesar US$ 21,74 miliar. Surplus ini dihasilkan oleh kinerja ekspor yang mencapai US$ 163,31 miliar dan impor US$ 141,57 miliar.
Kinerja ekspor dan impor di 2020 ini memang sama-sama mengalami kontraksi. Namun, impor mengalami kontraksi yang lebih dalam. Total nilai ekspor Indonesia sepanjang 2020 turun 2,61% dibanding periode yang sama tahun 2019, sedangkan impor turun 17,34%. “Surplus US$ 21 miliar ini mengkhawatirkan, kenapa? Karena ekspor turun 2,6%, meskipun non-migas turun hanya setengah persen. Tetapi impornya turun lebih jauh menjadi 17,3%," kata Muhammad Lutfi dalam webinar "Akselerasi Pemulihan Ekonomi", Selasa (26/1/2021).
Jika dilihat lebih dalam pemicu surplus neraca perdagangan tersebut, Mendag Lutfi mendapati bahwa terjadi pelemahan karena 70,2% barang yang diimpor Indonesia merupakan bahan baku dan bahan penolong. "Jadi artinya kalau impor turun 17,3%, saya takut akan terjadi juga pelemahan terhadap sektor-sektor produksi yang dikonsumsi di dalam negeri," ujar Mendag Lutfi.
Kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang diterapkan pemerintah saat memasuki pertengahan 2020 lalu juga turut berpengaruh pada sektor perdagangan. Mendag Lutfi menyampaikan, sektor perdagangan turun 5,3% secara tahunan (year on year/yoy) pada kuartal III-2020, serta transportasi dan pergudangan juga turun 16,7%. "Artinya perdagangan terganggu, stok terganggu, kemudian penyedia akomodasi dan makanan/minuman turun 11,86%. Ini menunjukkan juga bahwa orang tidak ke mana-mana. Jadi penerapan PSBB sukses, tapi perdagangan turun,” ungkapnya.
Mendag menyampaikan, kondisi surplus neraca perdagangan 2020 ini seperti berlari maraton di jalan tanjakan, tergopoh-gopoh dan terjadi cedera di dalam tubuh. Sehingga untuk bisa survive dari lari maraton ini, ada beberapa hal yang harus dikerjakan. “Yang pertama, kita harus membereskan yang cedera tadi. Kita harus memperbaiki struktur produksi dan konsumsi di dalam negeri. Apalagi konsumsi kita di gross domestic product (GDP) kontribusinya lebih dari 50%. Artinya kalau konsumsi dan produksi terganggu, ekonomi kita di 2021 akan terkena secara langsung,” kata Mendag.
Sehingga di tahun 2021, Mendag akan memastikan bahwa seluruh arus barang yang masuk ke Indonesia bisa kembali normal, atau lebih baik dari tahun sebelumnya. “Saya akan perbaiki tata kelola di Kementerian Perdagangan, barang impor siap melayani industri lagi. Sedangkan dari sisi konsumsi, upaya mendorong konsumsi tidak sekedar melalui berbagai insentif, tetapi juga kepercayaan kepada pasar untuk orang membeli lagi,” kata Mendag.
Sumber: BeritaSatu.com