Jakarta, Beritasatu.com - Bursa Efek Indonesia (BEI) mengharapkan terus adanya angka kenaikan jumlah investor di pasar modal. Namun, perlu diakui ada tantangan yang harus dibenahi, khususnya di bidang edukasi.
Menyadari itu, BEI dikatakan Direktur Pengembangan BEI Hasan Fawzi, terus mengadakan sosialisasi dan edukasi pasar modal ke berbagai daerah termasuk pendirian pojok bursa di perguruan tinggi. Meski pandemi, BEI juga terus mengadakan kelas pasar modal, yang kali ini diadakan secara online. Dalam kelas online ini calon investor akan mendapatkan edukasi investasi pasar modal melalui pemaparan melalui media video, audio, tertulis dan forum yang digunakan sebagai sarana belajar dan dapat diakses selama 10 hari terhitung sejak pembayaran calon investor disetujui oleh anggota bursa.
Edukasi, dikatakannya menjadi peran dan fungsi utama BEI yang juga sejalan dengan semangat dan komitmen dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) berikut anggota bursa dan para manajer investasi. “Pada prinsipnya itu jadi do your research buat para investor muda kita. It's your money, its your decision. Ini uang Anda, tanpa paksaan siapapun, Anda memiliki hak penuh untuk memutuskan apakah membeli, meng-hold, atau menjual saham tertentu. Jadi, tidak pas juga kalau nanti pada akhirnya kemudian menyalahkan yang lain karena nasi sudah menjadi bubur,” imbuh Hasan dalam acara Zooming With Primus dengan tema “Fenomena Milenial Investasi Saham” yang ditayangkan secara langsung di BeritaSatu TV, Kamis (4/2/2021).
Lebih lanjut, Hasan menuturkan, berinvestasi di pasar modal bukan berarti harus terjun langsung ke saham. Diakuinya, saham tidak jarang dianggap sebagai instrumen investasi yang bisa menghasilkan keuntungan yang relatif tinggi. Cuan dari investasi saham sering membuat orang tergiur untuk memulai menjadi investor saham. Namun, sama seperti investasi pada umumnya, potensi keuntungan yang tinggi dari investasi saham juga dibarengi dengan risiko yang tinggi. Itu mengapa investasi saham sering disebut sebagai instrumen yang high risk high return.
“Misalnya ada yang nanya ke yang lain, kira-kira beli saham apa. Nah ini menunjukkan mereka belum siap sebetulnya. Kalau memang belum bisa melakukan sendiri, riset dan penelaahan atas aspek fundamental dan nantinya mungkin teknikal dan lain-lain atas saham tersebut, tidak harus langsung jago begitu, langsung direct memilih saham-saham tertentu, mereka bisa menitipkan dananya kepada profesional yang memiliki izin resmi, ada manajer investasi, penasihat investasi, yang mungkin nanti akan mengarahkan mereka ke instrumen yang lain, yang secara kolektif misalnya reksa dana atau instrumen yang berbasis surat utang yang notabene memang risikonya lebih rendah,” jelas Hasan.
Saksikan live streaming program-program BeritaSatu TV di sini
Sumber: BeritaSatu.com