Jakarta, Beritasatu.com - Fundamental emiten yang kuat menjadi daya tarik bagi investor untuk menaruh investasinya. Hal ini menjadi literasi dalam memperdalam pemahaman atas saham dari emiten tersebut.
Di balik beberapa pencapaian luar biasa dari bursa pada tahun 2020, industri pasar modal dalam negeri masih memiliki pekerjaan rumah utama, yaitu memberikan edukasi dan literasi terhadap masyarakat. Tercatat, pada 2019, tingkat literasi di pasar modal baru mencapai 4,92 persen dan tingkat inklusi di pasar modal baru mencapai 1,55 persen.
Minat investasi di pasar modal Indonesia terus meningkat, di mana sepanjang tahun 2020 Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatatkan kenaikan investor ritel hingga 56 persen. Namun demikian, penambahan investor baru ini turut diwarnai dengan berbagai sentimen negatif terkait investasi saham yang dapat memberikan "cuan" cepat tanpa mengenal lebih dalam atas saham apa yang dibelinya.
Kepala Riset Praus Kapital, Alfred Nainggolan, mengatakan, edukasi dan literasi menjadi hal penting yang harus dipersiapkan oleh para investor baru guna menghindari persoalan. Di sisi lain, emiten juga harus aktif dalam menginformasikan perusahaannya. Hal ini nantinya akan mendorong literasi investor terhadap emiten akan semakin tinggi.
"Jadi ketika mereka betul-betul mengenal perusahaannya, maka investor akan lebih yakin kepada perusahaan tersebut. Hal ini tentunya akan mendorong investor membeli saham yang mereka inginkan," kata Alfred, Senin (8/2/2021).
Oleh karena itu, ketika perusahaan rajin menginformasikan perusahaannya, bahkan rutin untuk meng-update setiap perkembangan usahanya. Hal itu sudah pasti membuat investor semakin mengenal perusahaan tersebut. Walaupun kalau bicara pergerakan harga saham, manajemen tidak punya otoritas atas pergerakan sahamnya.
"Artinya kalau bicara masalah harga saham, manajemen tidak punya otoritas di situ. Manajemen hanya punya fundamental untuk menyampaikannya. Kalau bicara harga sahamnya mau kemana, itu sudah jadi mekanisme pasar," ujarnya.
Bicara mengenai fundamental, salah satu perusahaan yang baru melantai di bursa pekan lalu, yakni PT Widodo Makmur Unggas Tbk (WMUU) misalnya, menyampaikan bahwa fokus perseroan pada penguatan lini bisnis hilir termasuk pemotongan dan pengolahan daginglah yang meningkatkan profitabilitas.
Seperti diketahui, selama dua tahun terakhir sejak akhir kuartal IV 2018 dan berlanjut sampai tahun 2020 telah terjadi kelebihan pasokan ayam hidup (livebird). Bahkan, sudah dua tahun terakhir semenjak awal tahun 2019, harga jual ayam hidup di tingkat peternak selalu di bawah harga pokok produksi (HPP).
Kondisi ini membuat peternak terpukul sehingga permintaan ayam hidup menurun drastis, ditambah lagi dengan adanya pandemi Covid-19 yang membuat ruang gerak aktivitas perekonomian terbatas.
Direktur Utama Widodo Makmur Unggas, Ali Mas'adi mengatakan, saat ini, perseroan memiliki beberapa pabrik untuk mendukung usahanya. WMU memiliki pabrik pakan ternak berlokasi di Balaraja dengan kapasitas produksi 6 ton per jam atau 36.000 ton per tahun.
Perseroan juga memiliki dua breeding farm Grand Parent Stock (GPS). Yang pertama berlokasi di Beji Ngawen, Gunungkidul, Yogyakarta. Saat ini kapasitasnya mencapai 32.000 ayam umur sehari atau day old chicks (DOC) GPS. Kapasitas maksimum fasilitas ini bisa mencapai 64.000 DOC GPS. Sebagai gambaran 1 GPS setara 40 PS.
Fasilitas kedua berlokasi di Bantargadung, Sukabumi, Jawa Barat. Pada April 2020, fasilitas breeding farm GPS telah digunakan sebagai fasilitas Parent Stock (PS). Fasilitas ini berkapasitas 40.000 DOC PS. 1 GPS setara 40 PS. Kemudian, PS breeding farm di Tonggor, Gunungkidul, Yogyakarta berkapasitas 220.000 DOC PS. 1 PS setara 130 FS.
Untuk hatchery berlokasi di Kwangen, Gunungkidul, Yogyakarta. Kapasitas fasilitas ini mampu mencapai 2 juta telur per bulan. Sementara kapasitas maksimum bisa mencapai 4 juta telur per bulan. Sementara, broiler commercial farm berlokasi di Wuryantoro, Wonogiri, Jawa Tengah berkapasitas 1,5 juta DOC FS 10,5 juta ayam per tahun. Lalu, layer commercial farm berlokasi di Bayar, Klaten, Jawa Tengah berkapasitas 26.000 DOC FS 9,36 juta telur per tahun.
Serta, slaughterhouse yang berlokasi di Giritontro, Wonogiri, Jawa Tengah berkapasitas 12.000 ayam per jam atau 70.560 ton per tahun. Juga, fasilitas slaughterhouse di Jambakan, Klaten, Jawa Tengah berkapasitas 1.500 ayam per jam atau 6.500 ton per tahun. Adapun pada 19 Agustus2020 lalu, perseroan melakukan ground breaking pabrik pakan ternak di Ngawi, Jawa Timur. Pabrik tersebut berlokasi di Widoraren dengan luas area 12,7 hektare (ha).
Sumber: BeritaSatu.com