Jakarta, Beritasatu.com – Kereta api Jabodetabek terus melakukan transformasi di era digital yang mendorong perubahan signifikan pada pelayanan sehingga lebih tertib dibanding sebelum digitalisasi.
Ketua Umum Persatuan Pensiunan Kereta Api (Perpenka) Arief Mujono menyampaikan bahwa transformasi Kereta Api Jabodetabek di era digital merupakan bagian dari perjalanan panjang kereta api untuk menyongsong masa depan. Kondisi saat ini jauh lebih tertib baik dari sisi penumpang di stasiun maupun fasilitas modern yang mengikuti era digital antara lain sterilisasi stasiun melalui boarding pass ke stasiun dan ticketing yang menggunakan teknologi digital. “Sebelum transformasi digital, kondisi pelayanan kereta api sangat berbeda. Dulu penumpang kereta api tidak tertib, banyak perilaku vandalisme dan penumpang tidak menaiki kereta melalui pintu, tetapi mereka naik melalui lewat jendela,” ucap Arief secara virtual dalam Perpenka Webinar Nasional bertajuk "Mengenang Transformasi Kereta Api di Era Digital", Selasa (2/3/2021).
Dia mengatakan, kereta api Jabodetabek dulu dibutuhkan sekaligus dibenci bahkan sering dianggap sebagai sumber masalah sosial. Namun sekarang anggapan tersebut berubah seiring tranformasi dari Kereta Rel Listrik (KRL) Jabodetabek menjadi Kereta Commuter Jabodetabek dan berubah lagi menjadi Kereta Commuter Indonesia.
Arief menekankan bahwa saat ini tampilan dan pelayanan kereta api telah mengalami perubahan drastis. Semua kereta api sudah dilengkapi dengan fasilitas yang membuat penumpang nyaman. “Terutama kita telah menyiapkan diri untuk mengembangkan KRL di jalur Solo – Yogyakarta yang belum lama ini sudah diresmikan Presiden Joko Widodo. Sangat membanggakan bagi kita semua,” ujar Arief.
Hal sependapat juga disampaikan mantan Direktur Keuangan PT Kereta Api Indonesia (Persero) Kurniadi Atmosasmito. Menurut dia, kondisi kereta api saat ia masih di perseroan sangat memerlukan perbaikan di sana-sini. Ia ingat betul, bagaimana penumpang masih naik ke atap kereta dan tim kereta api terus berupaya menghilangkan kebiasaan itu.
Sampai Juni 2007, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono akhirnya menginginkan diberlakukannya e-ticketing di Stasiun Tanah Abang. Kendati begitu, keberhasilan transformasi menuju e-ticketing juga tidak lepas dari penertiban yang dilakukan di stasiun.
Di Stasiun Cikini, misalnya. Dulu, banyak keributan dan kekacauan yang ditimbulkan oleh pedagang-pedagang di sekitar stasiun. Mereka demonstrasi berkali-kali, tetapi PT KAI dan PT Kereta Commuter Jabodetabek (KCJ) secara tegas melaksanakan penertiban. Hasilnya, dengan tertibnya stasiun, pendapatan kereta api pun meningkat terutama dari sisi ticketing.
Sementara itu, mantan Direktur Utama Railink Masjraul Hidayat mengungkapkan bahwa sekarang Indonesia sudah memiliki PT Kereta Commuter Indonesia (KCI) yang canggih. Hal ini terlihat dari sistem pertiketan yang mampu melihat kondisi dari setiap stasiun melalui satu control center. “Jadi, PT KCI membangun seperti itu. Kemudian ada juga MRT. Kalau MRT ini awal-awal direksinya mantan Kepala PT KA Divisi Jabodetabek, Rachmadi. Jadi, ternyata kaderisasi alhamdulillah berlanjut. Jadi, mantan-mantan di kereta api Jabodetabek sudah bisa ke mana-mana,” ujar dia.
Sumber: BeritaSatu.com