Jakarta, Beritasatu.com – Aksi korporasi yang dilakukan PT Mahaka Radio Integra Tbk (MARI) berupa membangun perusahaan patungan (joint venture) bersama dengan empat venture capital (VC) antara lain Alpha JWC Ventures dan Kinesys Group, ditargetkan bisa terealisasi pada semester I-2021 ini. Perusahaan tersebut nantinya akan fokus pada pengembangan segmen konten radio digital milik emiten yang didirikan oleh Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir itu, yakni Noice.
Chief Executive Officer (CEO) Mahaka Radio Integra Adrian Syarkawie mengatakan, selain dua JV tersebut, masih ada dua JV lainnya yang bakal masuk dengan opsi convertible loan. ”Dua venture capital sudah masuk di convertible loan, tapi belum bisa diumumkan karena belum masuk ke pemegang saham. Kolaborasi digital ini mudah-mudahan dalam semester I selesai. Kita kejar target, maunya kuartal I, tapi ada beberapa legal yang sedang kami urus,” ujarnya dalam paparan publik insidentil Mahaka Radio Integra secara virtual, Selasa (16/3/2021).
Adapun, kepemilikan saham MARI atas Noice akan berkurang menjadi sekitar 61%. Hingga saat ini, kepemilikan perusahaan yang menaungi Gen FM, Jak FM, Hot FM, Kis FM, Mustang FM, Prambors, Delta FM, Female Radio, dan Most Radio ini masih sebesar 75%. Sedangkan 25% sisanya merupakan porsi Kinesys dan Alpha JWC.
Adrian menilai, bergabungnya beberapa VC besar ke dalam pengembangan Noice, menjadi penyebab Bursa Efek Indonesia (BEI) menyuspensi atau menghentikan sementara perdagangan saham MARI pada 12 Maret 2021 baik di pasar reguler maupun pasar tunai. Selama seminggu MARI menguat 9,40%, sementara sebulan saham emiten yang dikuasai PT Beyond Media ini sudah melesat 124,56%. Ini adalah kali kedua saham MARI disuspensi dalam dua minggu terakhir. Sebelumnya, BEI menyuspensi MARI pada 26 Februari 2021-1 Maret 2021.
Seperti diketahui, Kinesys cukup berpengalaman dalam memberikan pendanaan startup yang baru lahir sehingga menjadi besar. Sedang Alpha JWC merupakan salah satu investor Kopi Kenangan dan aplikasi Kredivo. Kabarnya JWC Ventures siap menggelontorkan dana hingga US$ 20 juta atau senilai Rp 282 miliar (kurs Rp 14.100/US$) untuk mendanai segmen konten radio digital milik Mahaka Radio Integra tersebut.
Terkait Noice, Adrian menuturkan, platform yang fokus pada podcast, radio, dan musik ini sebenarnya sudah diluncurkan di tahun 2018 lalu dan akan diluncurkan ulang alias relaunching. Pasalnya, perseroan melihat perkembangan dan potensi yang besar untuk mendapuk pundi-pundi keuangan lebih besar dari Noice. Mulai tahun ini, MARI menargetkan ada 1,8 juta pengguna Noice. Jumlah ini melesat empat kali lipat dibanding pengguna Noice per Desember 2020 yang sebanyak 450.000 pengguna. Dari target tersebut, satu juta diantaranya ditargetkan menjadi pengguna aktif atau active user. Selama ini, baru ada 170.000 active user Noice.
”Noice akan di-monetize pada kuartal terakhir dari iklan dan subcribers. Potensi iklan sudah besar, tapi belum diakomodir karena kami mau kuatkan teknologi dan kontennya dulu,” pungkas dia.
Lebih lanjut, Adrian menyampaikan, Mahaka Radio Integra tengah mengembangkan bisnis barunya yang akan lebih berfokus pada bussiness to consumer (B2C). Saat ini, MARI memiliki bisnis inti pada bussiness to bussiness (B2B). Inovasi B2C tersebut terdiri dari MARI Institute, Noice, konser virtual, talent management, ritel, dan visual.
Khusus pengembangan konser virtual, perseroan, jelasnya tengah menyiapkan perusahaan patungan yang mana secara legal akan diteken dalam waktu dekat ini. ”Modal dasarnya tidak besar karena fokusnya di konser digital. Tapi, kedepan valuasinya akan menarik. Dalam waktu dekat, kami akan lakukan konser internasional dan 90% sudah deal artisnya yang punya nama besar,” katanya seraya menambahkan bahwa Capex perseroan tahun ini tidaklah besar dikarenakan dampak pandemi.
B2C sebutnya, dalam 5 tahun ke depan ditargetkannya bisa memberikan sumbangsih ke kinerja perseroan hingga 35%. Tahun ini, kontribusinya masih di bawah 10%. ”Secara garis besar industri media dan anak usaha mengalami penurunan karena faktor pandemi. Jadi, kami strateginya melakukan banyak inovasi ke B2C. B2C tahun ini di bawah 10%, nanti B2C akan besar supaya tidak ketergantungan iklan 100%, sehingga kontrol bisnis akan lebih kuat ke MARI. B2C itu seperti merchandise, MARI Institut, e-concert, yakni transaksi pembelian dengan user, baik ticketing maupun merchandise,” jelas Adrian.
Saksikan live streaming program-program BTV di sini
Sumber: BeritaSatu.com