Jakarta, Beritasatu.com — PT Ramayana Lestari Sentosa Tbk (RALS) berencana melakukan pembelian kembali (buyback) sejumlah 5% saham dari modal disetor atau maksimum sebanyak 354,8 juta saham.
Berdasarkan keterangan resmi perseroan, Selasa (23/3/2021), Ramayana akan mengeluarkan biaya Rp 350 miliar untuk melancarkan aksi buyback tersebut. Ada pun alasan dilakukannya aksi korporasi tersebut adalah perseroan memiliki likuiditas yang cukup, sehingga perseroan bermaksud untuk meningkatkan nilai pemegang saham dengan mengembalikan kelebihan arus kas kepada para pemegang saham.
“Meskipun Perseroan mengalami kerugian untuk tahun buku 2020 akibat dampak dari pandemi Covid-19, akan tetapi perseroan sudah mencetak laba untuk tahun-tahun sebelumnya dan Direksi Perseroan telah berhasil memelihara kecukupan likuiditas,” jelas manajemen perseroan.
Manajemen perseroan menjelaskan, persetujuan atas rencana tersebut akan memberikan fleksibilitas yang lebih besar kepada perseroan dalam mengelola modal untuk mencapai struktur permodalan yang lebih efisien.
Untuk diketahui, pembelian kembali saham tersebut akan dilakukan setelah perseroan memperoleh persetujuan dari Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) yang diselenggarakan pada 14 April 2021. Periode rencana akan dilakukan dalam waktu paling lama 18 bulan.
Aksi korporasi tersebut diyakinkan tidak mempengaruhi pembiyaan kegiatan usaha perseroan, mengingat Ramayana mempunyai modal kerja dan arus kas yang cukup dan memadai untuk melaksanakan rencana termasuk pembiyaan kegiatan usaha.
Sebagai informasi, hingga perdagangan sesi I saham perseroan ditutup menurun 5 poin (0,61%) ke harga Rp 820. Price earning ratio (PER) perseroan menurun 45,83 sedangkan market capital berada di Rp 5,82 triliun.
Dari sisi kinerja keuangan, perseroan hingga kuartal III-2020 membukukan total pendapatan sebesar Rp 1,9 triliun atau turun 57,03% dari periode sama pada tahun sebelumnya yang mencatatkan sebesar Rp 4,42 triliun.
Penurunan total pendapatan tersebut diperoleh dari penjualan barang beli putus yang tercatat sejumlah Rp 1,56 triliun dan komisi penjualan konsinyasi yang dibukukan sebesar Rp 334 miliar.
Kemudian, beban pokok penjualan barang beli putus turun menjadi Rp 1,09 triliun dibandingkan periode sama tahun lalu yang tercatat Rp 2,42 triliun. Alhasil laba bruto yang diperoleh Rp 803 miliar dari sebelumnya Rp 2 triliun.
Pada kuartal III-2020, perseroan mencatatkan rugi usaha sebesar Rp 192 miliar dibandingkan dengan kuartal III-2019 yang mencatatkan laba usaha sebesar Rp 586 miliar. Sedangkan rugi sebelum pajak penghasilan dicatatkan sebesar Rp 102 miliar dari semula yang mencatatkan laba Rp 702 miliar dan rugi tahun berjalan sejumlah Rp 95 miliar dari laba tahun berjalan periode sama tahun lalu Rp 612 miliar.
Sumber: BeritaSatu.com