Jakarta, Beritasatu.com - Cendekiawan asal Nusa Tenggara Timur (NTT) Daniel Dhakidae meninggal dunia pada Selasa pagi (6/4/2021) akibat serangan jantung dan disemayamkan di rumah duka RSPAD Gatot Subroto, Jakarta.
Ekonom Didik J Rachbini mengungkapkan kepergian Daniel merupakan kehilangan bagi semua unsur di Lembaga Penelitian, Pendidikan dan Penerangan Ekonomi dan Sosial (LP3ES) dan Majalah Prisma. "DD begitu dipanggil di LP3ES, hampir seluruh hidupnya didedikasikan ke LP3ES dan Prisma," kata Didik dalam keterangan yang diterima Selasa (6/4/2021).
Menurut Didiek, sebagai individu kata dia, sangat toleran dan intelektual egaliter. "Bahkan dia minta di antara teman-temannya tidak memanggil Bapak karena dengan panggilan Bapak merefleksikan hierarki dan itu dekat dengan feodalisme," kata dia.
Hal itu yang ditekankan Daniel kepada Didiek adalah menganjurkan memanggilnya Bung. Karena itu, fodalisme gaya Orde Baru sangat dibenci. "Dalam diskusi keseharian, dia kritis terhadap pemerintahan dan berdiri sebagai intelektual yang menjaga jarak bahkan sangat jauh dengan kekuasaan," kata dia.
Bagi Didik, kepergian Daniel adalah kehilangan besar, karena dia teman diskusi di kantor LP3ES-Prisma. "Beberapa minggu ini DD memang sakit tetapi selalu berkomunikasi dengan saya minta tidak berbicara karena suaranya parau, kami saling berkata tulis lewat whatsapp," kata Didik.
Didik mengatakan Daniel minta bersama-sama mempersiapkan 50 tahun LP3ES dan Prisma. "DD sedang mempersiapkan edisi Prisma 50 tahun 19 Agustus 2021 yaa, tapi sedikit mengeluhkan biaya kurang dan yang ada belum memadai sehingga perlu out of the box untuk merealisasikannya," kata Didik.
Didiek mengatakan, Daniel tidak bisa dilepaskan dari Prisma. Sementara Prisma, dan LP3E adalah legenda intelektualisme pada jamannya. Mengapa? Karena seluruh pemikir terbaik di negeri ini menulis di majalah itu, mulai Sumitro Djojohadikusumo, Emil Salim, Subroto, Taufik Abdullah, Frans Magnis, Dorodjatun Kuntjorojakti, hingga Yuwono Sudarsono.
"Arsip Prisma dari tahun 1971 sampai 2021 lebih dari layak untuk menjadi bahan disertai arus sejarah pemikir dan pemikiran Indonesia selama setengah abad dalam bidang sosial politik," kata dia.
Daniel menjadi besar sebagai intelektual karena bergumul dengan arus pemikiran besar tersebut di Prisma. Pergumulan intelektual Daniel tidak lain adalah pergumulan intgelektual Prisma LP3ES dimana dia menjadi motor dari kehebatan Prisma pada waktu itu selama tiga dekade 1970-an akhir, 1980-an dan 1990–an, bahkan sampai sekarang.
Saksikan live streaming program-program BeritaSatu TV di sini
Sumber: BeritaSatu.com