Memanfaatkan Literasi Keuangan dan Teknologi untuk Penagihan Utang yang Etis

Jakarta, Beritasatu.com - Banyak masyarakat yang memiliki stigma buruk terhadap penagih utang lantaran mereka tidak jarang menggunakan ancaman kekerasan dan penagihan lapangan. Para penagih utang ini juga cenderung kurang fokus dalam memberikan edukasi keuangan. Padahal, meningkatkan literasi keuangan debitur penting agar mereka bisa mengelola utangnya dengan lebih baik.
Saat ini, lembaga keuangan telah berjuang mengurangi angka peningkatan kredit bermasalah (NPL) yang ditimbulkan oleh pandemi. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat NPL perbankan sebesar 3,21% (gross) per Februari 2021. Angka ini naik sekitar 0,04% dari Januari 2021.
Meningkatnya NPL mendorong perlunya lembaga keuangan untuk memahami kasus peminjam serta mengaitkannya dengan perubahan perilaku pembayaran mereka dan untuk memandu mereka dalam pengelolaan utang. Sementara itu, stigma buruk terhadap debt collector juga memperlihatkan betapa pentingnya layanan penagihan utang yang etis.
Menempatkan nasabah di tengah proses penagihan utang juga mendorong lembaga keuangan untuk beradaptasi dalam mengelola risikonya. Untuk itu, diperlukan strategi penagihan utang yang mencakup pelanggan individu dan pilihan keterlibatan, secara digital dan omnichannel, untuk memberikan pengalaman pelanggan yang konsisten dan positif.
Menanggapi hal tersebut, Flow mengembangkan layanan penagihan utang yang didukung oleh teknologi kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) dengan memanfaatkan untuk proses penagihan yang efisien dan menekankan pendidikan keuangan.
“Kami yakin dengan hadirnya Flow di Indonesia, selain dapat membantu perusahaan menurunkan angka NPL, juga dapat membantu memberikan edukasi yang baik mengenai dunia collection maupun P2P lending serta ekonomi bisnis saat ini”, ujar Hashim Hassan, Country Director Flow Indonesia. Sebagaimana dikutip dari keterangan tertulis yang diterima Kamis (29/4/2021).
Dilansir dari website resminya, berbeda dengan perusahaan penagih utang lainnya, Flow memanfaatkan sejumlah teknologi canggih seperti collection scoring, voice to text, pengenalan emosi, waktu terbaik untuk menghubungi, sentiment analysis model, dan psychological profiling untuk proses penagihan utang yang efisien yang berpusat pada pelanggan.
Flow meyakini bahwa meningkatkan literasi keuangan adalah kunci untuk mempercepat inklusi keuangan di Indonesia, terutama di tengah krisis Covid-19. Maka berinvestasi pada teknologi yang tepat serta berfokus memberikan pengalaman pelanggan yang baik, penagihan utang yang juga dapat disesuaikan dengan kebutuhan pemberi pinjaman dan peminjam dengan membuat prosesnya digital, mudah diakses, memberikan solusi positif, dan melayani dengan baik.
“Dengan mendukung edukasi / literasi keuangan penuh bagi masyarakat Indonesia seperti edukasi publik mengenai penagihan utang, peminjaman, kalkulasi keuangan, dan solusi untuk penyelesaian utang. Dan kedepannya kami akan memulai proyek Literasi Keuangan yang disebut FlowCares, yang akan diluncurkan pada Mei 2021,” ujar Hashim.
Sumber: BeritaSatu.com
BERITA TERKAIT
BERITA TERKINI
Engkong Berdalih Tidak Melakukan Pelecehan terhadap Bocah 12 Tahun di Depok
PPP Minta Hal Ini ke Megawati jika Sandiaga Tak Dipilih Jadi Cawapres Ganjar
Ganjar Pranowo Berkomitmen Buka Lebih Banyak Peluang Kerja bagi Difabel
Grup SRAJ Dapatkan Pinjaman Rp 500 Miliar dari Indonesia Infrastructure Finance
Penemuan Jenazah Wanita Gegerkan Wisatawan Penangkaran Buaya Mayang Mangurai
5
B-FILES


ASEAN di Tengah Pemburuan Semikonduktor Global
Lili Yan Ing
Perlukah Presiden/Kepala Negara Dihormati?
Guntur Soekarno
Urgensi Mitigasi Risiko Penyelenggara Pemilu 2024
Zaenal Abidin