Atasi Kelangkaan, BUMN Farmasi Tingkatkan Produksi Obat Covid-19
Rabu, 7 Juli 2021 | 12:25 WIB

Jakarta, Beritasatu.com - Holding BUMN Farmasi akan meningkatkan produksi obat Covid-19 dan multivitamin untuk mengatasi kelangkaan dan menjaga stabilitas harga. Pengadaan vaksin juga terus dilakukan.
Demikian disampaikan dalam Rapat Dengar Pendapat Komisi VI DPR dengan Direktur Utama PT Bio Farma (Persero), Direktur Utama PT Kimia Farma Tbk, Direktur Utama PT Indofarma Tbk dan Direktur Utama PT Phapros Tbk, terkait kesiapan korporasi menghadapi Gelombang II Covid-19.
Direktur Utama Biofarma Honesti Basyir mengatakan sebagai induk holding BUMN farmasi, Biofarma mengembangkan sistem track and trace untuk menjamin keaslian produk obat dan sesuai standar, dan diterima institusi yang berhak.
"Biofarma juga memonitor setiap hari secara real time, mulai dari pengepakan hingga distribusi," kata dia, Rabu (7/7/2021).
Biofarma bertanggung jawab atas pengadaan vaksin. Biofarma memiliki kontrak dengan Sinovac sebesar 140 juta dosis bahan baku vaksin Covid-19 yang bersifat mengikat (binding) dan potensi tambahan 120 juta dosis yang tidak mengikat (nonbinding). Dari jumlah 140 juta dosis Sinovac, sebanyak 105,5 juta dosis sudah diterima.
Biofarma memperkirakan 186,3 juta dosis vaksin Sinovac selesai produksi sampai akhir tahun.
Selain itu, Biofarma juga memliki kontrak dengan Astrazeneca sebanyak 50 juta dosis yang dikirimkan mulai dari triwulan III 2021 hingga triwulan I 2022. Sinopharm akan mengirim 14 juta dosis hingga Q4 2021, Cansinobio 5 juta dosis hingga Q4 2021.
Produksi Kimia Farma
Kimia Farma memproduksi obat terapi Covid-19 seperti seperti Favipiravir, Remdesivir, dan Azithromizin.
Pada bulan Juni larangan ekspor India dibuka, sehingga menurut Dirut Kimia Farma Verdi Budidarmo, bulan Juli hingga Desember, Indonesia kemungkinan tersuplai produk Remdesivir dari India (termasuk Pakistan dan Mesir). Kimia Farma memiliki komitmen 1,4 juta vial kepada Kementerian Kesehatan.
"Kimia Farma juga memproduksi Azithromycin tablet. Pada bulan Juni, Kimia Farma memproduksi 58.800 dus (1 dus isi 20 tablet = 1,18 juta tablet). Bulan Juli dan bulan-bulan selanjutnya, kita akan kirim hampir 6 juta tablet per bulan (294.000 dus)," kata Verdi.
Sementara itu, target rencana produksi Favipiravir sampai dengan 23 Juli 2021 sebesar 7 juta tablet.
Indofarma Tingkatkan Produksi Ivermectin dan Oseltamivir
Indofarma akan meningkatkan kapasitas produksi Ivermectin dari 8 juta tab/bulan saat ini menjadi 16 juta tab/bulan pada Agustus 2021.
"Untuk Oseltamivir, permintaannya sangat tinggi. Kami rutin melakukan demand forecast setiap bulan," kata Dirut Indofarma Arief Pramuhanto.
Kapasitas produksi Oseltamivir akan ditingkatkan dari 5 juta butir per bulan pada bulan Juli menjadi 8 juta butir per bulan pada bulan Agustus dan September 2021.
Indofarma juga sudah mendapatkan impor 230.000 vial Remdesivir dari India, dan menantikan tambahan 140.000 vial pada 11 Juli 2021, dan 90.000 vial pada 15 Juli 2021.
Phapros Tingkatkan Produksi Multivitamin
Phapros, anak usaha Kimia Farma, lebih berorientasi pada pengadaan multivitamin dan obat Covid-19 untuk gejala ringan. Dirut Phapros Hadi Kardoko mengatakan permintaan multivitamin pada bulan Juni naik di atas 150% dari rata-rata Januari hingga Mei.
"(Untuk mengantisipasi lonjakan permintaan) Phapros akan menyiapkan 14 juta tablet multivitamin," kata dia.
BERITA TERKAIT
BERITA TERKINI
Engkong Berdalih Tidak Melakukan Pelecehan terhadap Bocah 12 Tahun di Depok
PPP Minta Hal Ini ke Megawati jika Sandiaga Tak Dipilih Jadi Cawapres Ganjar
Ganjar Pranowo Berkomitmen Buka Lebih Banyak Peluang Kerja bagi Difabel
Grup SRAJ Dapatkan Pinjaman Rp 500 Miliar dari Indonesia Infrastructure Finance
Penemuan Jenazah Wanita Gegerkan Wisatawan Penangkaran Buaya Mayang Mangurai
5
B-FILES


ASEAN di Tengah Pemburuan Semikonduktor Global
Lili Yan Ing
Perlukah Presiden/Kepala Negara Dihormati?
Guntur Soekarno
Urgensi Mitigasi Risiko Penyelenggara Pemilu 2024
Zaenal Abidin