Jakarta, Beritasatu.com - PT Kalbe Farma Tbk (KLBF) menyiapkan investasi sekitar Rp 500-600 miliar untuk pengembangan vaksin Genexine atau GX-19N. Dengan investasi tersebut, Kalbe berharap bisa memasarkan vaksin Genexine tidak hanya untuk wilayah Indonesia, namun juga ke kawasan Asia Tenggara.
Direktur Keuangan Kalbe Farma Bernardus Karmin Winata menjelaskan, dalam mengembangkan vaksin Genexine, Kalbe Farma masih bisa menggunakan fasilitas yang ada saat ini. Fasilitas tersebut masih cukup untuk proses pengisian vial dan penyelesaian proses pengemasan untuk didistribusikan.
Namun memang, Kalbe akan membutuhkan investasi untuk proses produksi vaksin secara menyeluruh. Karenanya, secara total, Kalbe masih membutuhkan investasi sebesar Rp 500-600 miliar untuk pengembangan vaksin berbasis DNA tersebut.
"Investasinya tidak terlalu besar, sehingga bukan menjadi kendala," jelas Bernardus dalam acara konferensi pers Pubex Live, Rabu (8/9/2021).
Sementara saat ini, pengembangan vaksin Genexine sudah masuk uji klinik tahap 2b/3. Bernardus berharap, Kalbe bisa mendapatkan persetujuan emergency use approval (EUA) dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) pada akhir tahun ini sehingga setelah itu vaksin secara resmi bisa digunakan.
Sampai sejauh ini, Bernardus belum mengetahui skema distribusi dari vaksin Genexine karena pemerintah yang akan menentukan. Namun Bernardus melihat, vaksin Genexine akan masuk ke jalur vaksin gotong royong atau vaksin berbayar dan besaran harga yang akan ditentukan oleh pemerintah kemudian.
Sementara untuk target pemasaran, wilayah Indonesia akan menjadi fokus utama distribusi vaksin Genexine. Akan tetapi Kalbe memiliki hak teritori untuk memasarkan di luar Indonesia. "Target pemasaran vaksin berbasis DNA ini tidak hanya di Indonesia, namun juga Asia Tenggara," kata dia.
Tahun ini, Sekretaris Perusahaan dan Investor Relations Kalbe Farma Lukito Kurniawan mengungkapkan, Kalbe menyiapkan belanja modal atau capital expenditure (capex) sebesar Rp 1 triliun. Alokasi investasi tersebut, menurut Lukito tidak sebesar tahun sebelumnya yang banyak digunakan untuk menyiapkan fasilitas produksi di Pabrik Deltamas, Cikarang.
Sementara sepanjang semester I 2021, Kalbe Farma sudah menggunakan belanja modal sebesar Rp 235 miliar. Kalbe akan menggunakan sisa belanja modal untuk maintenance atau perbaikan 15 fasilitas produksi.
Adapun dari segi pemasaran produk, Kalbe banyak melakukan ekspor ke kawasan Asia Tenggara dan Afrika. Perseroan mengekspor semua kategori produk yang disesuaikan dengan ketentuan Food and Drug Administration (FDA) negara setempat.
"Ke depan, Kalbe akan meluncurkan produk baru yang mengikuti standar internasional, terutama standar FDA di kawasan Eropa dan Australia. Dengan pemenuhan standar tersebut, Kalbe berharap bisa menembus pasar di kedua kawasan tersebut. Kami juga berharap bisa masuk ke negara lain seperti Taiwan, Timur Tengah, Tiongkok dan negara lainnya," ucap dia.
Pengembangan produk tersebut tidak terlepas dari anak usaha. Karenanya, Kalbe juga akan meningkatkan performa anak usaha melalui aksi penawaran umum perdana atau initial public offering (IPO) saham.
Bernardus mengungkapkan, sampai saat ini, Kalbe tetap pada rencana awal untuk mengembangkan anak usaha dari divisi nutrisi. Namun demikian, Kalbe juga tidak menutup kemungkinan untuk melakukan IPO untuk anak usaha di bidang digital dan supply chain yang fokus pada distribusi logistik peralatan medis.
"IPO tetap terbuka untuk perusahaan di dalam divisi Kalbe. Kami akan melihat perkembangan pasar ke depan, terutama pasar saham yang diharapkan bisa mendorong pertumbuhan perusahaan di dalam divisi Kalbe," kata dia.
Saksikan live streaming program-program BeritaSatu TV di sini
Sumber: Investor Daily