Jakarta, Beritasatu.com - PT Itama Ranoraya Tbk (IRRA) targetkan pendapatan pada akhir tahun 2021 dapat bertumbuh hingga 100% sejalan dengan tingginya permintaan produk-produk swab antigen, alat suntik, mesin plasma, reagent, termasuk produk terbaru perseroan yakni Avimac.
Direktur Itama Ranoraya Pratoto Raharjo menjelaskan, tahun ini perseroan tidak akan merubah target pendapatan akan tetap bertumbuh pada kisaran 80% sampai dengan 100%. Target itu, akan ditopang oleh produk-produk dengan kategori primer di sektor kesehatan dan memenuhi standar Kementerian Kesehatan (Kemenkes) juga kesehatan dunia atau World Health Organization (WHO).
“Produk jarum suntik kami juga memiliki TKDN mencapai 60% sehingga menjadi pilihan prioritas bagi konsumen (institusi/ritel). Selain itu, dari sisi sektor juga mendukung di mana kejadian Pandemi Covid-19 meningkatkan belanja kesehatan pemerintah dan masyarakat,” jelasnya kepada Investor Daily, akhir pekan lalu.
Lebih lanjut, sebelumnya perseroan sempat mengutarakan rencana ekspansinya dengan melakukan akuisisi PT Oneject Indonesia. Toto mengatakan, proses akuisisi itu direncanakan selesai pada akhir September 2021 lalu yang saat ini tengah melakukan pembangunan dan direncanakan rampung pada kuartal-IV 2021.
“Apabila pembangunan telah selesai, maka total kapasitas pabrik baru di Sentul dan Cikarang, bila digabungkan berjumlah 1,2 miliar Alat Suntik/tahun. Terkait akuisisi, kami akan menggunakan buku full year 2021 untuk akuisisi tersebut,” ujarnya.
Akuisisi tersebut, merupakan bagian dari transformasi bisnis Itama Ranoraya untuk menjadi manufacturing high tech di sektor kesehatan. Apalagi Oneject merupakan produsen alat suntik auto disable syringe (ADS) terbesar di Asia yang telah memasarkan produknya ke negara-negara di Asia hingga Eropa. Produk perseroan juga digunakan Univef.
Pembayaran akuisisi 51% saham Oneject akan dilakukan dalam dua tranche, yaitu pembayaran awal senilai Rp 198,8 miliar disetorkan saat penandatanganan PPJB dan sisanya setelah ada nilai akuisisi.
Akuisisi 51% saham Oneject, akan dilaksanakan perseroan dengan membeli saham lama dan saham baru Oneject. Saham baru yang diterbitkan bertujuan untuk pemenuhan kebutuhan modal kerja dan belanja modal Oneject.
Pembayaran tahap pertama akuisisi Oneject senilai Rp 198,8 miliar, diambil dari dana hasil penjualan sebanyak 100 juta saham treasury di harga Rp 1.988 per unit. Harga jual saham treasury tersebut sudah sesuai dengan ketentuan POJK No.30/POJK.04/2017 dan sisanya akan menggunakan dana hasil penerbitan saham baru (rights issue) perseroan. Untuk diketahui, sebelumnya IRRA menjual kembali sebanyak 100 juta lembar saham hasil buyback (saham treasuri).
Saham treasuri tersebut akan dijual IRRA kepada PT Global Dinamika Kencana (GDK) yang merupakan perseroan terbatas yang bergerak antara lain di bidang distribusi dan industri. Bukan hanya itu, GDK yang berkedudukan di Bandung ini juga merupakan pihak yang terafiliasi dengan perseroan lantaran pemegang saham mayoritasnya adalah perseroan (Holding Company).
Adapun terkait waktu pelaksanaan penjualan saham treasuri akan dimulai pada 30 September hingga 31 Desember 2021.
Sementara itu, hingga semester pertama 2021, emiten yang bergerak di bidang peralatan dan perlengkapan medis berteknologi tinggi (HiTech Healthcare Solutions) ini membukukan kenaikan laba signifikan, yakni melesat 1.200% jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya.
Berdasarkan laporan keuangan yang dikutip oleh Investor Daily, perolehan laba bersih mengalami kenaikan signifikan mencapai 1.271% (YoY) menjadi Rp 50,8 miliar dari dari Rp 3,7 miliar pada semester I/2020.
Sedangkan jumlah pendapatan yang dibukukan yakni sebanyak Rp 565,2 miliar atau meningkat 611,6% (YoY) dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Secara kuartalan, pendapatan di kuartal II-2021 meningkat 47,7% dibandingkan kuartal I-2021.
Direktur Pemasaran Itama Ranoraya Hendry Herman mengatakan, kenaikan penjualan IRRA berasal dari penjualan ke segmen ritel (non APBN/APBD) atau non-pemerintah. "Dan kenaikan terjadi baik untuk Alat Kesehatan Non Elektromedik maupun untuk Produk Diagnostik In Vitro," kata dia.
Menurut dia, produk In Vitro tumbuh 613,9% dengan produk Antigen Test Covid-19 (Panbio) sebagai penyumbang terbesar untuk kategori produk In Vitro. Sepanjang periode Januari – Juni 2021, penjualan Panbio mencapai 5,5 juta unit atau sudah berada dalam target penjualan di tahun ini sebesar 5 – 10 juta unit.
Saksikan live streaming program-program BeritaSatu TV di sini
Sumber: Investor Daily