Jakarta, Beritasatu.com- PT Darma Henwa Tbk (DEWA), emiten kontraktor batu bara mencatatkan kenaikan laba bersih di semester I 2021 sebesar 106,8% menjadi US$ 1,51 juta dibandingkan US$ 0,73 juta di semester I 2020. Pencapaian ini hasil implementasi tiga strategi yaitu pengurangan biaya operasi, penerapan global sourcing, dan peningkatan kapasitas fleet produksi.
“Strategi ini memungkinkan Darma Henwa memberikan nilai tambah lebih kepada klien dan pemegang saham, sekaligus mendorong pertumbuhan perusahaan dengan tujuan memiliki keunggulan kompetitif di bisnis jasa pertambangan dan mendapatkan pangsa pasar yang lebih luas,” kata Presiden Direktur PT Darma Henwa Rio Supin dalam keterangan tertulis yang dikutip Sabtu (23/10/2021).
Pada semester I 2021, volume overburden removal mencapai 57,43 juta bcm dan volume penambangan batu bara mencapai 7,70 juta ton. Volume pemindahan material dengan menggunakan fleet produksi DEWA sendiri meningkat pesat sebesar 61,4% menjadi 39,70 juta bcm, dibandingkan 24,60 juta bcm di semester I-2020. Sebaliknya volume pemindahan material yang dikerjakan oleh subkontraktor turun sebesar 46,1% menjadi 23,66 juta bcm dibandingkan 43,86 juta bcm di semester I 2020. Total volume pemindahan material sedikit menurun sebesar 7,5% menjadi 63,35 juta bcm dibandingkan 68,46 juta bcm di semester I 2020.
Meskipun terdapat pelepasan salah satu subkontraktor pada pertengahan 2020 di proyek Bengalon, Darma Henwa berhasil meningkatkan kapasitas produksi dari peralatan baru dan rekondisi fleet lama sehingga meminimalkan penurunan volume pemindahan material. Dengan demikian margin keuntungan perseroan meningkat signifikan di semester I 2021.
Sementara total aset tumbuh sebesar 5,0% menjadi US$ 578,1 juta, dibandingkan US4 550,6 juta pada 31 Desember 2020, karena adanya peningkatan aset tetap, sejalan penambahan kapasitas alat berat untuk melakukan lebih banyak pekerjaan menggunakan peralatan sendiri.
Walaupun pendapatan menurun 9,6% menjadi US$ 152,9 juta, dari US$ 169,1 juta di semester I 2020, marjin laba kotor tumbuh secara signifikan menjadi 10,3% dibandingkan 0,5% di semester I 2020, karena penurunan biaya subkontraktor sebesar 39,9% dan penurunan biaya perawatan sebesar 24,1%. Lalu, laba operasional meningkat 4,3% menjadi US$ 6,9 juta dari US$ 6,6 juta, meskipun mengalami rugi selisih kurs US$ 1,4 juta karena penguatan nilai tukar rupiah.
”Ini adalah kerugian non-tunai yang dihasilkan dari konversi nilai mata uang rupiah ke dolar. Manajemen utang yang baik serta pembayaran utang yang konsisten kepada bank dan leasing sehingga meringankan beban keuangan sebesar 5,2% menjadi US$ 5,1 juta dari sebelumnya US$ 5,4 juta,” sebut Rio.
Saksikan live streaming program-program BeritaSatu TV di sini
Sumber: Investor Daily