Jakarta, Beritasatu.com – Untuk mempermudah transaksi pembayaran di pasar tradisional sekaligus meningkatkan digitalisasi keuangan di masa pandemi Covid-19, Bank Indonesia (BI) meluncurkan aplikasi pembayaran non tunai Sehat, Inovasi dan Aman Pakai (SIAP) QRIS. Peluncuran tersebut dilakukan berbarengan dengan peluncuran Jakone Abang oleh Bank DKI dan PD Pasar Jaya di Pasar Santa, Jakarta Selatan, Kamis (25/11/2021).
Kepala Kantor Perwakilan BI DKI Jakarta Onny Widjanarko mengatakan SIAP QRIS merupakan program pemerintah pusat, antara Kementerian Perdagangan dengan BI. Kedua lembaga pemerintah ini ingin terus memperluas dan memfasilitasi penggunaan QRIS di seluruh pasar-pasar di Indonesia.
Karena itu, ia senang Bank DKI dan Pemprov DKI Jakarta mendukung peluncuran SIAP QRIS di pasar-pasar tradisional. Karena dapat memfasilitasi para pelaku UMKM, khususnya di pasar tradisional dengan menerapkan digitalisasi keuangan atau pembayaran dalam setiap transaksinya.
“Ini dilakukan dalam rangka memfasilitasi UMKM, khususnya yang ada di pasar tradisional. Jadi SIAP QRIS spiritnya disitu. Karena di era pandemi ini kita harus jaga protokol kesehatan. Jadi kalau bisa, transaksinya tidak kontak, tapi berjarak,” kata Onny Widjanarko seusai peluncuran SIAP QRIS.
Sasaran dari program SIAP QRIS ini adalah pasar tradisional, lanjut Onny. Karena, didalam pasar masih ada transaksi yang menggunakan tunai atau cash. Dengan beralihnya transaksi dengan nontunai atau cashless melalui SIAP QRIS, maka tidak hanya membantu pencegahan penularan Covid-19, tetapi juga membantu para pedagang pasar belajar Menyusun laporan keuangannya.
“SIAP QRIS akan membantu para pedagang pasar untuk belajar menyusun laporan keuangan, karena semua tercatat. Kepraktisannya tidak perlu kembalian, uangnya masuk langsung ke rekening. Istilahnya cemumuah (cepat, mudah, murah, aman dan handal),” ujar Onny Widjanarko.
Menurut Onny, QRIS harus diperluas karena memang satu-satunya cara untuk mempermudah pelaku UMKM masuk ke dunia digital dan mendapatkan akses keuangan, yaitu melalui transaksi pembayaran.
“Kalau menggunakan QRIS non cash, semua transaksi tercatat. Kalau semua transaksi tercatat akan memudahkan bagi bank atau bagi lembaga keuangan untuk memberikan kredit, karena semua datanya tercatat. Sebelumnya, UMKM kalau minta kredit di bank diminta nomor rekeningnya,” terang Onny Widjanarko.
“Sementara UMKM nggak punya rekening koran, nggak punya rekening giro, jadi kalau bapak itu menggunakan QRIS itu sama dengan memiliki rekening giro karena mutasinya, catatan penjualannya semua ke catat di dalam QRIS,” lanjut Onny Widjanarko.
Di Pasar Santa sendiri, ungkap Onny, dari 800 kios, ada sebanyak 600 kios yang aktif. Dari jumlah kios yang aktif, sudah ada 200 pedagang yang menggunakan SIAP QRIS.
“Di Pasar Santa ini, ada 600 kios aktif, dan disini sudah terpasang QRIS 200 (pedagang). Di sini hampir satu pedagang rata-rata punya dua atau tiga kios. Kalau saya bilang, disini sudah 100% (gunakan QRIS),” papar Onny Widjanarko.
Namun untuk seluruh Jakarta, Onny membeberkan hingga 23 November 2021, tercatat sudah ada 2.550.964 merchant yang menggunakan QRIS. Jumlah ini merupakan 17% dari total merchant pengguna QRIS di seluruh Indonesia, yaitu sekitar 12 juta merchant.
Adanya SIAP QRIS ini, menurut Onny, membantu Pemprov DKI mewujudkan Jakarta Smart City 4.0. Karena memberikan peluang bagi UMKM memasuki 5 akses penting dalam dunia ekonomi, yaitu akses keuangan, produksi, pasar, payment dan logistic.
“UMKM yang terkoneksi dengan ekosistem digital biasanya omzetnya meningkat antara 30-70%. Jadi semuanya yang dilakukan murni untuk memfasilitasi UMKM agar mereka bisa lebih Makmur, sejahtera dan mereka naik kelas,” tukas Onny Widjanarko.
Saksikan live streaming program-program BTV di sini
Sumber: BeritaSatu.com