Jakarta, Beritasatu.com — Otoritas Jasa Keuangan (OJK) memproyeksikan total dana yang dihimpun dari pasar modal pada tahun 2022 sebesar Rp 488,3 triliun-Rp 538,3 triliun, atau meningkat sekitar Rp 125 triliun-Rp 175 triliun seiring dari 2021. Kenaikan seiring dengan proyeksi pertumbuhan ekonomi pada tahun ini sebesar 5,2%.
Total dana pasar modal yang dihimpun pada tahun 2021 yang berada di posisi Rp 363,3 triliun.
Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Wimboh Santoso mengatakan, total penghimpunan dana di pasar modal pada tahun 2021 juga mengalami peningkatan dibandingkan pada tahun 2020 yakni Rp 118 triliun, sehingga meningkat sebesar 206%.
“Jumlah penghimpun dana di pasar modal ini terbaik di kawasan Asia Pasifik yang rata-rata hanya 171%,” ujar Wimboh dalam konferensi pers OJK di Jakarta, Kamis (20/1/2022).
Lebih lanjut, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada tahun 2021 sempat menyentuh di level 6.693 dibandingkan dengan level sebelum pandemi Covid-19 yang berada di 5.361,25. Wimboh mengungkapkan, IHSG berada di posisi terbaik peringkat ke 3 di Asia. “Kapitalisasi pasar Indonesia juga mencapai Rp 8.252 triliun pada tahun 2021, angka ini terbaik kedua di ASEAN setelah Thailand,” ujar dia.
Jumlah investor pasar modal dalam negeri juga mengalami peningkatan, hingga akhir tahun 2021 mencapai posisi 7,5 juta, naik 93% jika dibandingkan tahun sebelumnya. Adapun sebanyak 80% dikontribusi dari investor milenial. “Ini akan terus kita dorong dan diharapkan menjadi satu kebiasaan atau budaya baru investor milenial untuk investasi di pasar modal,” ujar dia.
Sebelumnya, Direktur Utama Bursa Efek Indonesia (BEI) Inarno Djajadi mengatakan, peningkatan jumlah investor hingga Agustus 2021 merupakan berkah dari pandemi, dimana kebanyakan orang meyakini bahwa investasi di pasar modal adalah tempat yang aman dan menarik untuk menginvestasikan modalnya.
“Kalau melihat dari sisi permintaan (demand), kita belum sampai satu tahun saja, baru sampai Agustus itu penambahan Single Investor Identification (SID) sudah satu juta, dibandingkan dengan jaman dulu yang berada di 300.000 dan naiknya pun susah,” ujar Inarno kepada Investor Daily, Minggu (5/9/2021).
Meningkatnya permintaan tersebut juga berdampak terhadap supply. Apabilai dilihat dari Rata-rata Nilai Transaksi Harian (RNTH) di bursa sekarang mencapai Rp 13,2 triliun-Rp 13,3 triliun. Sementara tahun lalu itu hampir Rp 9,2 triliun.
Di samping itu, data per 14 Januari 2022, Bursa Efek Indonesia (BEI) sudah mencatatkan 2 perusahaan yang melantai di bursa dengan total dana yang berhasil dihimpun sebesar Rp 723 miliar. Pada periode tersebut, bursa mencatatkan 30 perusahaan dalam daftar antrian pipeline pencatatan saham BEI.
Secara klasifikasi aset yang saat ini berada dalam pipeline, 4 perusahaan aset skala kecil. (aset dibawah Rp 50 Miliar), 14 perusahaan aset skala menengah. (aset antara Rp 50 miliar-Rp 250 miliar), 12 perusahaan aset skala besar (aset di atas Rp 250 miliar).
Secara sektoral, 4 perusahaan dari sektor industrials, 4 perusahaan dari sektor consumer non-cyclicals, 9 perusahaan dari sektor consumer cyclicals, 9 perusahaan dari sektor consumer cyclicals, 4 perusahaan dari sektor technology, 1 perusahaan dari sektor healthcare, 2 perusahaan dari sektor energy, 1 perusahaan dari sektor financials, 3 perusahaan dari sektor properties & real estate, 2 perusahaan dari sektor infrastructure.
Saksikan live streaming program-program BeritaSatu TV di sini
Sumber: Investor Daily