Jakarta, Beritasatu.com - Korelasi antara aset kripto dan saham dinilai makin mirip. Hal ini terjadi sejak kuartal III 2021. Menurut Founder dan CEO PT Pintu Kemana Saja Jeth Soetoyo terjadi kesamaan dalam pola pergerakan harga dan sifat para investor dan trader dalam berinvestasi di dua aset kelas berbeda tersebut.
“Di pasar Indonesia ini, saya mulai melihat terutama belakangan kuartal III dan IV pasar kripto dan pasar equity (saham) lumayan mirip dalam pergerakan harganya, yang dulunya Bitcoin dan kripto itu selalu dikatakan sebagai aset kelas korelasi yang tinggi dengan equity market. Yang kita lihat sekarang berbeda di kuartal III dan IV pergerakannya lumayan mirip di seluruh dunia terutama sektor teknologi yang anjlok di kuartal III-IV dan hal yang sama kita lihat di pasar kripto. Sifat orang yang masuk ke dunia kripto 2 tahun terakhir ini juga mirip dengan equity, kebanyakan lebih aktif,” kata dia dalam acara Zooming with Primus “Menyongsong Bursa Kripto Indonesia” yang disiarkan secara langsung di BeritaSatu TV, Kamis (27/1/2022).
Meski demikian, Jeth menilai masih banyak hal berbeda antara kripto dan saham. Misalnya, kripto bersifat global, tetapi tidak demikian dengan saham yang sifatnya lokal. “Untuk pertama kalinya dalam sejarah, orang kita bisa trading bersama masyarakat di seluruh dunia. Elon Musk beli Doge, kita juga bisa beli Doge. Itu narasi yang kuat dan penting, sehingga banyak investor muda yang tertarik ke kripto,” pungkasnya.
Oleh karena itu, untuk menarik minat investor muda, platform jual beli dan investasi aset kripto yang fokus pada mobile tersebut, sejak tahun 2020 aktif menyasar investor pemula. Adapun, lonjakan pengguna Pintu pada tahun 2020-2021 sangat tinggi mencapai 1.000-1.200%. Di mana, 80% pengguna Pintu berusia di bawah 30 tahun. “Setiap bulan rata-rata orang yang gunakan aplikasi kita bisa 10-14 kali sebulannya. Usia 18-30 paling banyak, kalau dibawah 18 tahun kita tak boleh fasilitasi sesuai arahan Kementerian Perdagangan,” katanya.
Lebih lanjut, Jeth memberi pesan kepada para pemula agar melakukan diversifikasi investasi. Hal tersebut ibarat jangan memasukkan semua telur dalam satu keranjang. Selain itu, ia berpesan agar investor terutama kaum milenial tidak ikut-ikutan alias Fear of Missing Out (FOMO) untuk berinvestasi lantaran sedang tren atau naik daun. Selain itu, lakukan dollar cost averaging yang merupakan proses menyebarkan transaksi investasi dengan memasukkan jumlah dana yang sama dalam beberapa waktu, alih-alih melakukan investasi dalam satu waktu.
“Dan yang paling penting adalah tambah edukasi soal dunia investasi,” tambah Jeth seraya menambahkan bahwa Pintu punya Pintu Academy sebagai bagian dalam edukasi kripto.
Saksikan live streaming program-program BeritaSatu TV di sini
Sumber: BeritaSatu.com