Jakarta, Beritasatu.com - Dewan Pimpinan Pusat Realestat Indonesia (REI) siap menjadi garda terdepan pemulihan ekonomi nasional. REI sebagai organisasi pengembang terbesar di Indonesia merayakan hari ulang tahun (HUT) ke-50 pada 11 Februari 2022.
Ketua Umum REI Paulus Totok Lusida optimistis sektor properti bakal bangkit dan take off pada tahun 2022. Pasalnya, properti memiliki multiplier effect bagi 174 industri yang terkait.
"Kami konsisten untuk membangun negeri ini lewat properti dan ini sejalan juga tujuan dari Presiden Jokowi memulihkan ekonomi di tengah pandemi Covid-19 dan sektor properti memiliki peran penting,” kata Totok Lusida kepada Investor Daily, Jumat (11/2/2022).
Totok mengatakan, REI sudah berusaha maksimal dalam membantu pemerintah mendorong pertumbuhan ekonomi dan juga membantu masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) mendapatkan rumah yang layak.
Peran sektor properti mampu meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Bahkan sektor properti mampu menyumbang 13% PDB (Produk Domestik Bruto) baik dari mulai penjualan, tanah, kontruksi dan lainnya. Tidak itu saja, dalam kurun waktu lima tahun terakhir, REI telah membangun lebih dari 2 juta unit rumah bagi masyarakat, baik rumah subsidi maupun komersial.
"Untuk rumah subsidi REI menyumbang lebih dari 60% dari total rumah subsidi yang dibangun, serta 80% untuk sektor komersial,” kata dia.
Totok menjelaskan, kebutuhan rumah di Indonesia masih cukup tinggi, tidak heran bila backlog (kekurangan) rumah setiap tahun sulit untuk dikurangi. Perkiraan backlog perumahan mencapai 11,4 juta unit namun kebutuhan rumah setiap tahun yang mencapai 1 juta unit.
"Usaha pemerintah untuk merumahkan warganya sudah cukup baik. Program membangun sejuta rumah sebagai Langkah positif, meski masih sulit untuk mengurangi backlog. Apalagi, ditengah kondisi ekonomi lagi lesu akibat pandemi Covid-19,” kata dia.
Menurut Totok, salah satu untuk meningkatkan jumlah masyarakat memiliki rumah adalah dengan meningkatkan anggaran subsidi. Tetapi kenyataan di lapangan masalah kuota subsidi ini masih menjadi kendala pengembang, karena kuota subsidi habis, masalah kualitas rumah juga dipersoalkan.
"Kalau seperti itu, usulan saya lebih baik dihapus subsidi diserahkan ke pasar dengan syarat, semua perizinan dan pajak dibebaskan, dan pembiayaan dengan suku bunga rendah. Sehingga pengembang dengan mudah untuk membangun rumah,” tegasnya.
Halaman: 12selengkapnya
Saksikan live streaming program-program BeritaSatu TV di sini
Sumber: Investor Daily