Soal Kenaikan Harga Pertalite dan LPG 3 Kg, Ini Update Terbaru Wamenkeu
Jakarta, Beritasatu.com - Kementerian Keuangan (Kemenkeu) menegaskan pemerintah masih terus mengkaji wacana kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis RON 90 atau Pertalite dan Liquefied Petroleum Gas (LPG) subsidi 3 kg. Kenaikan bertujuan untuk merespons lonjakan harga minyak mentah dunia.
Wakil Menteri Keuangan, Suahasil Nazara mengatakan pihaknya masih terus melakukan kajian secara mendalam dengan terus mempertimbangkan perkembangan ekonomi global. Khususnya dampak perang Rusia-Ukraina yang memicu naiknya harga komoditas di pasar Internasional dan inflasi di sejumlah negara. Di sisi lain, pemerintah harus berhati-hati dalam merumuskan kebijakan, karena implikasi naiknya harga komoditas energi berdampak pada belanja subsidi.
“Ini perlu kami kaji karena itu kami lihat hati hati. Sisi lain kehati-hatian perlu diperhitungkan jika kenaikan harga komoditas subsidi, perlu cari balance pas berapa besar yang harus kita lakukan besaran subsidi untuk menjamin proses recovery dan pemulihan eko berlanjut,” jelasnya dalam APBN Kita, Rabu (20/4/2022).
Meski begitu, Suahasil tidak dapat memastikan soal rencana kenaikan Pertalite dan LPG 3 kg tersebut. Lantaran pemerintah saat ini masih fokus terhadap pemulihan ekonomi. Apalagi saat ini risiko pemulihan ekonomi global meningkat seiring kenaikan harga komoditas di pasar internasional yang turut memicu inflasi. “Dalam periode recovery, terjadi perang Rusia-Ukraina, tambah risiko pemulihan ekonomi dengan kenaikan harga komoditas di pasar internasional dan berpotensi jadi imported inflasi,” tegasnya.
Sebelumnya, Kepala Pusat Kebijakan Ekonomi Makro Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Abdurohman menyampaikan bahwa penyesuaian harga BBM dan LPG tidak terlepas dari agenda reformasi subsidi energi. Reformasi dilakukan agar subsidi disalurkan dan diterima lebih tepat sasaran untuk melindungi masyarakat miskin dan rentan. Langkah ini merupakan awal yang baik.
Setidaknya ada tiga alasan pemerintah melakukan penyesuaian harga pada komoditas tersebut. Pertama, penyaluran subsidi energi BBM dan LPG saat ini tidak tepat sasaran. Berdasarkan data Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2021, sekitar 40% masyarakat terbawah yang berada pada desil 1 sampai 4, yakni kelompok sangat miskin dan rentan miskin hanya menikmati 20% subsidi. Sementara 80% dinikmati sekitar 60% masyarakat teratas. LPG juga dari rumah tangga terbawah hanya menikmati 24% dari manfaat subsidi. "Jadi kalau dilihat total pengguna LPG 3 kg yang masih disubsidi itu kan 92 persen dari total rumah tangga, jadi ini kelihatan sangat tidak tepat sasaran,” terangnya.
Kemudian perlunya penguatan keadilan, karena subsidi energi lebih banyak dinikmati kelompok masyarakat atas Alasan terakhir disparitas harga yang cukup lebar antara Pertamax dan Pertalite. Sebagaimana diketahui saat ini, harga Pertalite saat ini berada Rp 7.650 per liter, sementara Pertamax Rp 12.500 per liter.
Sumber: BeritaSatu.com
Saksikan live streaming program-program BTV di sini
Bagikan