Jakarta, Beritasatu.com - Kepala Divisi Pengembangan Bisnis PT Bursa Efek Indonesia (BEI) Ignatius Denny Wicaksono menuturkan, para investor saat ini sudah cukup jeli dalam memilih emiten.
"Mereka sudah mengintegrasikan aspek environmental, social, and governance (ESG) dalam memilih emiten, termasuk bagaimana mengelola jejak karbon atau emisinya," kata Ignatius dalam diskusi "Menagih Komitmen Korporasi Mendukung Target Penurunan Emisi 29% Tahun 2030” yang digelar Beritasatu Media Holdings, Jumat (22/4/2022).
Di Indonesia sendiri, kata Ignatius, selain adanya tuntutan dari para investor, sudah dikeluarkan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (POJK) Nomor 51/POJK.03/2017 tentang Penerapan Keuangan Berkelanjutan bagi lembaga jasa keuangan, emiten, dan perusahaan publik.
Kemudian, juga diterbitkan Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan Nomor 16/SEOJK.04/2021 tentang bentuk dan isi laporan tahunan emiten atau perusahaan publik.
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sendiri mencatat, sudah ada 153 emiten yang secara sukarela menerapkan keuangan berkelanjutan berbasis environmental, social, and governance (ESG). Padahal, kewajiban emiten untuk menyampaikan laporan berkelanjutan diberlakukan paling lambat pada 30 April 2022.
"Di SE OJK 16, sudah secara detail emiten diminta pengungkapan mengenai jumlah emisi yang dikeluarkan, dan juga rencana mitigasi emiten untuk mengurangi emisi. Ini kewajibanya gradually, dari emiten yang skala besar sampai nantinya skala kecil. Sehingga investor di luar dan di dalam negeri ketika mau berinvestasi kepada emiten tersebut mengetahui betul berapa emisinya dan juga rencana pengurangan emisinya seperti apa,” jelasnya.
Ignatius menambahkan, BEI juga terus menggandeng partner-partner global, sehingga pengungkapan ESG oleh emiten diharapkan bisa terstandarisasi global.
Direktur Eksekutif Asosiasi Emiten Indonesia (AEI) Samsul Hidayat dalam acara yang sama menyampaikan, saat ini secara sukarela sudah ada 120 perusahaan emiten yang menerbitkan laporan terkait ESG di perusahaan masing-masing.
“Saya kira ini merupakan suatu referensi dasar bagi dunia usaha Indonesia untuk mengetahui bagaimana kondisi emiten dari sisi efisiensi pengurangan emisi maupun produksi emisi mereka, dan untuk semua pihak,” kata Samsul.
Saksikan live streaming program-program BeritaSatu TV di sini
Sumber: BeritaSatu.com