Jakarta, Beritasatu.com - Ekonom Center of Reform in Economics (Core) Yusuf Rendy Manilet menuturkan, ada banyak pekerjaan rumah (PR) yang harus diselesaikan pemerintah bila ingin Tesla segera merealisasikan investasinya di Indonesia, utamanya menyangkut aspek lingkungan. Apalagi Tesla selama ini dikenal sebagai perusahaan global sangat konsen terhadap isu tersebut. Sehingga meskipun Presiden Joko Widodo (Jokowi) sudah bertemu langsung dengan CEO Tesla Elon Musk, tidak ada jaminan Tesla segera merealisasikan investasinya di Indonesia.
“(Realisasi investasi Tesla) menurut saya memang masih sangat tergantung pada beberapa hal. Artinya tidak serta merta ketika Presiden Jokowi menemui Elon Musk, kemudian Tesla langsung investasi di Indonesia. Apalagi kita tahu sebelumnya juga sudah ada wacana Tesla masuk ke Indonesia, tetapi kemudian tidak jadi dan malah pindah ke negara lain. Sehingga memang harus ada tindak lanjut dari pemerintah bila ingin mengundang Tesla ke Indonesia, utamanya yang menyangkut perbaikan di aspek lingkungan,” kata Yusuf Rendy kepada Beritasatu.com, Selasa (17/5/2022).
Dikatakan Rendy, selain iklim investasi, aspek pengelolaan lingkungan juga menjadi pertimbangan utama Tesla ketika ingin berinvestasi di Indonesia. Di sisi lain, pengelolaan hasil limbah di Indonesia seperti batu bara dan nikel yang menjadi bahan baku baterai untuk mobil listrik masih menjadi sorotan.
“Tesla ini produk yang sangat konsen dengan isu lingkungan, isu keberlanjutan. Ini perlu menjadi catatan pemerintah, misalnya apakah produk nikel di Indonesia sudah sesuai standar pengelolaan lingkungan global. Kalau kita bicara hasil tambang di Indonesia, banyak hasil tambang yang dinilai belum ramah lingkungan karena menghasilkan limbah yang tidak terurus secara baik. Banyak laporan, tidak hanya terkait nikel tetapi juga batu bara yang menyatakan hasil limbahnya tidak terbuang dengan baik. Jadi saya kira itu tantangannya,” paparnya.
Rendy menambahkan, upaya memperbaiki dari sisi lingkungan memang terus dilakukan pemerintah. Misalnya membenahi ekosistem lingkungan, hingga meningkatkan bauran energi baru terbarukan (EBT) dalam beragam aspek perekonomian. Namun di saat yang bersamaan, standar lingkungan seperti pengelolaan smelter yang belum baik masih menjadi pekerjaan rumah yang harus dituntaskan.
“Jadi menurut saya itu yang harus diselesaikan bila ingin menarik investor yang konsen pada isu lingkungan seperti Tesla. Kalau ditanya apakah Tesla akan segera investasi di Indonesia? Saya sih agak ragu melihatnya. Mungkin akan terjadi, tetapi secara bertahap, atau Tesla mungkin memberikan syarat-syarat menyangkut aspek lingkungan yang harus dipenuhi dahulu sampai kemudian masuk. Untuk memenuhi syaratnya juga tidak semudah membalikkan telapak tangan, perlu waktu dan perlu proses,” kata Rendy.
Di pasar mobil listrik global, Rendy mengakui posisi Tesla memang sangat penting. Sehingga menjadi wajar bila kemudian Jokowi harus turun tangan menemui Elon Musk.
“Memang, saat ini sudah ada banyak pemain global di industri mobil listrik. Tetapi kalau kita bicara penjualan, Tesla menjadi salah satu yang terkuat. Ketika kita bisa terlibat dalam rantai pasok produksi Tesla, itu akan membuka pintu investor untuk produk-produk lainnya. Artinya kalau kita bisa memenuhi standar yang dipersyaratkan Tesla, berarti kita bisa bersaing untuk memenuhi atau memasok baterai kendaraan listrik kepada merek yang berbeda,” kata Rendy.
Saksikan live streaming program-program BeritaSatu TV di sini
Sumber: BeritaSatu.com