Chicago, Beritasatu.com - Harga minyak turun hampir US$ 2 per barel pada Kamis (23/6/2022) setelah pernyataan Ketua Federal Reserve (the Fed) Jerome Powell menimbulkan kekhawatiran kenaikan suku bunga Amerika Serikat (AS) akan memperlambat pertumbuhan ekonomi. Dampaknya, permintaan bahan bakar akan melemah.
Harga minyak mentah berjangka Brent mencapai US$ 110,05 per barel, jatuh US$ 1,69, atau 1,5%. Sementara harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS di US$ 104,27 per barel, ambles US$ 1,92, atau 1,8%.
Powell mengatakan fokus The Fed untuk mengendalikan inflasi adalah "tanpa syarat". Sementara pasar tenaga kerja kuat secara tidak berkelanjutan. Komentar ini memicu kekhawatiran kenaikan suku bunga.
Investor mereposisi aset berisiko karena upaya bank sentral melawan inflasi dapat mendorong ekonomi dunia ke dalam resesi dengan suku bunga lebih tinggi.
"Jika AS, dan seluruh dunia mengalami resesi, dapat memengaruhi permintaan minyak secara signifikan," kata konsultan minyak Houston, Andrew Lipow.
Direktur Energi Berjangka Mizuho Robert Yawger di New York mengatakan harga bensin yang tinggi juga dapat memperlambat permintaan. Harga eceran bensin AS saat ini rata-rata US$ 4,94 per galon, turun sekitar 10 sen dari puncaknya, menurut AAA.
Produsen minyak utama AS dan Menteri Energi AS Jennifer Granholm bertemu dalam agenda darurat mengenai masalah tersebut tanpa solusi konkret menurunkan harga, menurut sumber yang mengetahui diskusi tersebut. Namun kedua belah pihak sepakat untuk bekerja sama.
Perkiraan terbaru American Petroleum Institute, menurut sumber pasar, menunjukkan persediaan minyak mentah dan bensin AS naik minggu lalu. "Hal ini membebani harga," kata Yawger.
Persediaan minyak AS dijadwalkan akan dirilis pada Kamis tetapi masalah teknis akan menunda angka-angka itu hingga minggu depan, kata Administrasi Informasi Energi AS tanpa memberikan batas waktu yang spesifik.
OPEC dan negara-negara produsen sekutu termasuk Rusia kemungkinan akan tetap pada rencana mempercepat peningkatan produksi pada Agustus dengan harapan mengurangi harga minyak mentah dan inflasi. Di sisi lain Presiden AS Joe Biden berencana mengunjungi Arab Saudi.
OPEC+ sepakat pada pertemuan terakhirnya 2 Juni untuk meningkatkan produksi sebesar 648.000 barel per hari pada Juli, atau 7% dari permintaan global. Peningkatan yang sama akan dilakukan pada Agustus, naik dari rencana awal menambah 432.000 barel per hari per bulan, selama tiga bulan hingga September.
Saksikan live streaming program-program BeritaSatu TV di sini
Sumber: CNBC