New York, Beritasatu.com - Memasuki kuartal ketiga, kekhawatiran akan resesi semakin kuat. Investor Wall Street menantikan data ketenagakerjaan Juni yang akan diumumkan Jumat depan (8/7/2022).
Setelah libur Hari Kemerdekaan AS 4 Juli, investor juga akan menyoroti rilis risalah the Federal Reserve yang akan diumumkan hari Rabu (6/7/2022).
Menurut survei ekonom Dow Jones, Data ketenagakerjaan (nonfarm payrolls) bulan Juni diperkirakan melambat dari 390.000 pada bulan Mei, menjadi 250.000 tenaga kerja pada Juni dan tingkat pengangguran tetap stabil di 3,6%.
Perlambatan dalam penyerapan tenaga kerja karena kebijakan suku bunga Fed yang lebih ketat menekan pengusaha dan ekonomi. Namun, penyerapan di angka 150.000 hingga 200.000 dinilai masih kuat dan mendekati laju pertumbuhan pekerjaan pra-pandemi. Akan tetapi, jika jumlah pekerjaan sangat kuat, pasar dapat bereaksi negatif karena itu berarti The Fed akan merasa "terpaksa" untuk bergerak agresif melawan inflasi dengan kenaikan suku bunga yang lebih besar.
Mayoritas ekonom memperkirakan the Fed akan menaikkan suku bunga sebesar 75 basis poin lagi pada pertemuan kebijakan berikutnya pada akhir Juli, tetapi kenaiklan untuk September masih belum pasti.
Masalah utama pasar adalah bahwa ekonomi dapat dengan mudah jatuh ke dalam resesi, dan kejatuhan itu sulit untuk diprediksi. Investor menjadi lebih khawatir tentang resesi setelah komentar dari Ketua Fed Jerome Powell. Powell mengindikasikan The Fed suiap menaikkan suku bunga untuk menjinakkan inflasi, menimbulkan kekhawatiran para pembuat kebijakan siap memicu resesi untuk memperlambat kenaikan harga.
Halaman: 12selengkapnya
Saksikan live streaming program-program BeritaSatu TV di sini
Sumber: CNBC.com