Chicago, Beritasatu.com - Harga minyak jatuh pada Selasa (5/6/2022) dengan patokan AS jatuh di bawah US$ 100 karena kekhawatiran resesi ekonomi meningkat. Hal ini menimbulkan spekulasi bahwa perlambatan ekonomi akan memangkas permintaan minyak.
Harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI), patokan minyak AS ambles 8,24%, atau US$ 8,93 menjadi US$ 99,50 per barel. Harga minyak WTI sempat turun lebih 10% ke level US$ 97,43 per barel. Adapun terakhir kali diperdagangkan di bawah US$ 100 pada 11 Mei. Sementara harga minyak mentah Brent patokan internasional ditutup ambles 9,45%, atau US$ 10,73, jadi US$ 102,77 per barel.
Ritterbusch and Associates mengaitkan penurunan harga minyak dengan ketatnya pasokan minyak global karena kemungkinan resesi sehingga membatasi permintaan minyak.
"Pasar minyak mengalami pelemahan baru-baru ini karena permintaan bensin dan solar berkurang," tulis perusahaan itu dalam sebuah catatan kepada klien.
Kedua kontrak mencatat kerugian pada bulan Juni, menghentikan kenaikan 6 bulan berturut-turut karena kekhawatiran resesi menyebabkan Wall Street mempertimbangkan kembali prospek permintaan.
Citi mengatakan bahwa Brent bisa jatuh ke bawah US$ 65 pada akhir tahun ini jika ekonomi mengarah ke resesi.
Citi menjadi salah satu dari sedikit perusahaan yang memproyeksi harga minyak turun. Sementara perusahaan lain, seperti Goldman Sachs, memprediksi harga minyak mencapai US$ 140.
Harga minyak meningkat sejak Rusia menginvasi Ukraina, karena meningkatkan kekhawatiran kekurangan global. Pasalnya, Rusia memiliki peran besar sebagai pemasok komoditas utama, terutama ke Eropa.
WTI melonjak ke level tertinggi US$ 130,50 per barel pada Maret, sementara Brent mendekati US$ 140. Itu adalah level tertinggi setiap kontrak sejak 2008.
Namun harga minyak bergerak naik bahkan sebelum invasi Rusia karena ketatnya pasokan dan permintaan meningkat.
Meski harga minyak turun, beberapa ahli mengatakan harga minyak kemungkinan akan tetap tinggi.
“Resesi tidak memiliki rekam jejak bagus dalam menekan permintaan. Persediaan produk berada pada level yang sangat rendah," kata Kepala Strategi Komoditas di TD Securities, Bart Melek, Selasa.
Saksikan live streaming program-program BeritaSatu TV di sini
Sumber: BeritaSatu.com