Jakarta, Beritasatu.com - Menteri Koordinator Bidang Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menyampaikan, ekonomi global saat ini masih menghadapi sejumlah tantangan. Gejolak pada sisi supply dan demand telah menyebabkan kenaikan pada harga komoditas pangan dan energi.
"Ketidakpastian ini mulai dari peningkatan utang di negara berkembang akibat pandemi Covid-19. Lebih dari 30 negara utangnya di atas 100% (terhadap PDB). Dengan kenaikan suku bunga Amerika Serikat, maka potensi mereka untuk membayar atau solvency dari negara-negara berkembang ini menjadi bermasalah," kata Airlangga dalam sambutannya di acara Mid Year 2022 Economic Outlook secara daring, Selasa (2/8/2022).
Seperti diketahui, salah satu negara yang sudah mengalami krisis utang adalah Sri Lanka. Pada 12 April, negara itu mengungkapkan bahwa mereka gagal membayar utang luar negerinya sebesar US$ 51 miliar. Rasio utang terhadap PDB Sri Lanka pada akhir 2021 adalah 119%.
Rasio utang Indonesia terhadap produk domestik bruto (PDB), berdasarkan proyeksi IMF pada April 2022, mencapai 42,71% di 2022. Rasio utang Indonesia masih aman alias di bawah batas maksimal yakni 60% terhadap PDB, sebagaimana diamanatkan dalam UU No. 17/2003 tentang Keuangan Negara.
Angka itu lebih rendah dibandingkan negara maju seperti Amerika Serikat (AS) yang sebesar 125,58%, Jerman 70,87%, Prancis 112,58%, Inggris 87,83%, Jepang 262,54%, dan Korea Selatan 52,04%.
Baca selanjutnya
Di saat yang sama, disrupsi rantai pasok juga memberikan tekanan pada ...
Halaman: 12selengkapnya
Saksikan live streaming program-program BTV di sini
Sumber: BeritaSatu.com