Manfaatkan Celah, Startup Zendz Bidik Kota Tier 2 dan 3
Minggu, 21 Agustus 2022 | 09:47 WIB

Jakarta, Beritasatu.com – Belum tersebarnya teknologi Fintech di kota-kota Tier 2 dan Tier 3 dimanfaatkan startup Zendz.id. Salah satu alasan lainnya adalah karena sudah banyak perusahaan fintech yang kini saling berebut pengguna yang ada di Tier 1 yang mencapai 56% dari total populasi penduduk di Indonesia.
Untuk diketahui, Tier 1 adalah sebutan untuk kota-kota yang Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)-nya sudah mencapai
1000T setiap tahunnya.
Dimana apabila uraikan, maka hanya DKI Jakarta, Jawa Timur, Jawa Tengah dan Jawa Barat saja yang masuk dalam kategori itu. Lalu bagaimana dengan Tier 2 dan Tier 3 ?
Celah kosong inilah yang dimanfaarkan Zendz.
CEO dan founder Zendz, Isybel Harto seiring dengan jargon industri 4.0, ternyata perkembangan yang paling serius dalam startup dan teknologi adalah pada bagian fintech. Bagaimana tidak, karena semua bisnis baik yang tidak berbasis digital dan yang berbasis digital, muaranya adalah ke pembayaran.
"Zendz dibangun atas dasar masalah yang masih terjadi di Indonesia yaitu masih tingginya populasi Unbankable dan belum tersebarnya teknologi fintech ini di kota-kota Tier 2 dan Tier 3. Di samping itu, kita melihat bahwa perkembangan Middle Class itu sangat meningkat tajam dimana sudah mencapai 50 juta orang pada tahun 2022," ujar Isybel Harto dalam keterangannya, Minggu (21/8/2022).
Industri fintech ini juga sangat beragam hingga menciptakan bisnis-bisnis modal baru, katakanlah seperti micro lending, paylater, invesasi micro, investasi kripto, QR-payment, dan banyak lainnya.
"Semua lini sekarang sedang bergerak mulai dari yang terkecil yaitu warung, hingga koperasi bahkan bank. Bank-bank besar saat ini sedang berlomba-lomba untuk membangun fintechnya sendiri-sendiri," lanjut Isybel Harto.
Bahkan beberapa konglomerat juga sudah menyasar industri ini seperti Astra Pay menunjukan bahwa industri fintech ini adalah titik akhir dari semua proses bisnis.
Data yang diperoleh dari bank Indonesia, pengguna e-wallet naik 19% pada tahun 2021 dari sebelumnya 24%. Hal ini juga dikuti oleh penururan sistem pembayaran lainnya seperti Virtual Accountdari 41% dari 58%, retail outlet (cash) dari 12% menjadi 6%, credit card dari 6% menjadi 3%.
Hal yang menarik pada tahun 2020 adalah justru adanya metode pembayaran baru yaitu QRIS yang di gagas oleh Bank Indonesia yang muncul diangka 7%. Pemain e-wallet terbesar saat ini ada 4 di Indonesia, yaitu Ovo, Gopay, Dana dan Link Aja.
BERITA TERKAIT

Sinergi Pemerintah, Asosiasi, dan Pelaku Industri Fintech untuk Akselerasi Pertumbuhan Ekonomi Digital
EKONOMIBERITA TERKINI

Debit Katulampa Berpeluang Naik Lagi pada Siang hingga Malam Hari

Kecelakaan di Tol Cipularang, 2 Penumpang Elf Tewas

Targetkan Spin Off Rampung Semester II, BTN Syariah Akan Jadi Bank Syariah Kedua Terbesar

Libur Nataru 2024, Daop 7 Madiun Sediakan 429.000 Tiket KA

Tinggalkan Dunia Teknologi, Jack Ma Beralih ke Bisnis Makanan

Antusiasme Masyarakat Sambut Brand Lokal Terus Meningkat

SYL Batal Serahkan Dokumen Terkait Pemerasan Firli Bahuri

PDB Per Kapita Indonesia 2030 Diproyeksi Tembus Rp 154 Juta Ditopang Sektor Keuangan

Lirik Aduh oleh Maliq & D’Essential, Mengisahkan Cinta yang Sangat Dalam

Panglima TNI Mutasi 49 Pati, Pangkostrad Dijabat Muhammad Saleh

Awali Sesi Jumat 30 November 2023, Rupiah Melemah


Keistimewaan Tepung Ketan dan Kegunaannya dalam Masakan


Henry Kissinger, Diplomat AS dan Pemenang Nobel Meninggal pada Usia 100 Tahun
2
4
TKN: Kampanye Prabowo-Gibran Bakal Fokus Mendengar Aspirasi
B-FILES


Pemilu 2024 vs Kesejahteraan Mental Generasi Z
Geofakta Razali
Rakernas IDI dan Debat Pilpres 2024
Zaenal Abidin
Indonesia dan Pertemuan Puncak APEC
Iman Pambagyo